Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertanian memprediksi tahun ini akan terjadi surplus beras 4,2 juta ton di dalam negeri.

Pelaksana Tugas Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Haryono, di Jakarta Rabu mengatakan berdasarkan angka ramalan (Aram) I Badan Pusat Statistik (BPS) produksi padi 2014 diperkirakan 69,87 juta ton gabah kering giling, sementara itu jumlah penduduk Indonesia 252.164.800 jiwa.

"Bila konsumsi beras per kapita sebesar 139,15 kg per tahun secara nasional pada tahun ini masih surplus beras 4,2 juta ton," katanya.

Menurut dia, sebaran surplus bulanan selama 2014, terjadi Februari, Maret April, Juli, Agustus, September, sedangkan defisit pada Januari, Mei, Juni, Oktober, November dan Desember.

Namun, tambahnya, secara akumulasi dalam satu tahun masih tetap surplus beras.

Meskipun demikian, Haryono yang juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan itu menyatakan, produksi padi sebesar 69,871 juta ton GKG pada tahun ini lebih rendah jika dibandingkan angka tetap (ATAP) BPS 2013 sebesar 71,280 juta ton GKG.

"Produksi padi 2014 berdasarkan Aram I turun 1,9 persen atau 1,409 juta ton dibandingkan tahun lalu," katanya.

Menurut dia, penurunan produksi pada tahun ini karena penyusutan luas panen akibat mundur tanam karena kelangkaan tenagakerja, konversi lahan sawah ke non sawah, kerusakan jaringan irigasi dan anomali kemarau basah serta banjir di beberapa wilayah seperti Jabar, Jateng dan Banten.

"Termasuk penyebabnya penurunan produktifitas karena adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman, kelangkaan pupuk dan penyaluran benih terkendala," katanya.

Sementara itu Haryono menyatakan, pada tahun ini pemerintah menetapkan sasaran produksi padi sebesar 70,243 juta ton GKG, jagung 19 juta ton pipilan kering dan kedelai 1 juta ton biji kering.

Pihaknya optimis pada tahun ini produksi padi 70, 24 juta ton GKG dapat tercapai melalui berbagai upaya seperti penanaman padi varietas genjah, toleran kekeringan (kurang air) seperti Inpari 1, Inpari 2, Inpari 10, Inpari 19 dan Inpari 20 untuk wilayah yang kurang terjamin air irigasinya atau rawan kekeringan pada musim kemarau.

Perluasan areal tanam dengan memanfaatkan lahan sawah hasil cetak baru, lahan rawa/lebak dengan varietas unggul baru produktivitas tinggi, terutama di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. .

Selain itu, tambahnya, juga dilakukan pengamanan terhadap penanaman padi terakhir (standing crop) yakni pada periode April-Juli yang diperkirakan seluas 4,4 juta ha.

Pengamanan tersebut melalui pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman), penyediaan pupuk, pengurangan penyusutan hasil panen (losses) serta penyediaan pompa-pompa air untuk mengantisipasi kekeringan.

Pewarta: Subagyo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014