Idealnya, seorang pelatih sepak bola hanya melatih 18--20 anak sedangkan di Indonesia satu pelatih harus membimbing kurang lebih 400 anak,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Asosiasi Sekolah Sepak Bola Indonesia Taufik Jursal mengatakan Indonesia kekurangan pelatih sepak bola karena jumlahnya tidak sepadan dengan jumlah pemain yang perlu dilatih.

"Idealnya, seorang pelatih sepak bola hanya melatih 18-20 anak sedangkan di Indonesia satu pelatih harus membimbing kurang lebih 400 anak," kata Taufik kepada Antara, Kamis.

Berdasarkan data yang dimilikinya pada 2010, Taufik mengatakan Indonesia hanya memiliki 3.500 pelatih untuk 1,7 juta anak yang perlu dilatih.

Keadaan ini, menurutnya sangatlah buruk bagi kondisi persepakbolaan Indonesia khususnya bagi pembinaan pemain muda melalui sekolah-sekolah sepak bola di daerah.

Lebih lanjut, pengurus PSSI untuk U-14 dan U-16 pada tahun 2011-2012 itu mengatakan bahwa hambatan pelatih sepak bola di Indonesia adalah untuk mendapatkan "license" mengajar yang berkisar tiga hingga enam juta rupiah.

"Mau dapat uang dari mana? Sesudah dapat license pun ketika ngajar di sekolah sepak bola hanya dapat 100 ribu per satu kali datang," katanya.

Untuk membantu mengatasi kesulitan pelatih, Taufik mengatakan bahwa lembaganya yang telah menaungi 1.791 sekolah sepak bola dari 18 provinsi Indonesia itu hanya dapat melakukan Training for Trainer (TFT).

"Yang punya kewenangan untuk mengeluarkan license mengajar itu Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), ASSBI hanya membantu pelatih melalui TFT," kata dia.

Karenanya Taufik mengharapkan PSSI dan pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan pelatih sepak bola agar pemain Indonesia mendapatkan pelatihan yang baik sejak dini melalui sekolah sepak bola.

"Pemain seperti Mario Gotze itu sudah dilatih dari usia muda karena di Jerman sistem pelatihan sepak bolanya sudah baik," katanya menjelaskan pentingnya sekolah sepak bola.

Namun Taufik juga menjelaskan bahwa PSSI memang tidak berfungsi untuk membentuk sekolah sepak bola, melainkan untuk membentuk tim nasional untuk maju bertanding mewakili Indonesia.

"Di situlah ASSBI ikut membantu menyajikan database bagi PSSI, kalau PSSI minta data pemain, ASSBI bisa berikan," katanya.

Pendiri ASSBI pada tahun 2009 ini mengatakan "database" pemain muda merupakan harta paling berharga dalam dunia persepakbolaan dunia, termasuk Indonesia, karena dengan data tersebut dapat dibentuk tim yang tangguh.


(T004/N002)

Pewarta: Irene Renata
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014