Gaza, Palestina (ANTARA News) - Serangan udara Israel di jantung kota Gaza Kamis menewaskan tiga anak-anak, kata petugas kesehatan, beberapa jam sesudah gencatan senjata kemanusiaan sementara berakhir dan menambah jumlah korban menjadi 234 jiwa.

Serangan atas lingkungan Sabra di kota Gaza itu menewaskan sedikit-dikitnya tiga anak-anak dari satu keluarga, kata juru bicara layanan darurat Ashraf Qudra kepada AFP.

Kematian mereka adalah yang pertama sesduah gencatan senjata kemanusiaan lima jam atas permintaan Perserikatan bangsa-Bangsa berakhir, yang sedikit melegakan penduduk wilayah Palestina terkepung itu.

Sebelum gencatan senjata berlaku pada pukul 10.00 (14.00 WIB), tembakan tank Israel menewaskan tiga orang berusia dua puluhan di kota selatan, Rafah, kata Qudra.

Satu orang Israel tewas oleh roket, yang ditembakkan pejuang Palestina.

Kematian Rafah terjadi sesudah tujuh orang tewas semalam.

Dua orang tewas di kota Gaza, dua di Deir al-Balah dan yang kelima Beit Lahiya di utara.

Satu orang juga tewas di kota selatan -Khan Yunis- dan satu lagi di Rafah, kata Qudra.

Selain itu, 1.690 orang cedera akibat kemelut itu, kata Qudra.

Israel dan gerakan Hamas pada Kamis mengumumkan memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan lima jam, yang diminta Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Menurut angka Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR), yang berpusat di Gaza, lebih dari 80 persen korban kemelut itu adalah warga.

Satu-satunya korban asal Israel adalah warga, yang meninggal pada Selasa malam dalam serangan roket di dekat perlintasan Erez, kata petugas kesehatan. Sedikit-dikitnya empat warga Israel luka parah.

Sejak kekerasan terkini meletus sebelum fajar 8 Juli, setidak-tidaknya 1.021 roket ditembakkan dari Gaza dan menghantam Israel serta 256 lagi ditembak jatuh perangkat pertahanan udara Iron Dome, kata angka tentara.

Selama serangan udara untuk menghentikan serangan roket itu, Israel menyerang lebih dari 1.750 sasaran di seluruh daerah kantong pantai tersebut, kata tentara.

Serangan udara balasan Israel di Gaza adalah kesengajaan berlebihan dan hukuman bersama, kata Wakil Perdana Menteri Inggris Nick Clegg pada Kamis dalam kecaman luat tidak biasa dari sekutu dekat, Inggris, demikian AFP.

(B002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014