Hrabove, Ukraina (ANTARA News) - Para pemimpin dunia menuntut investigasi internasional atas penembakan Malaysia Airlines MH17 di atas Ukraina timur yang menewaskan seluruh 298 orang di dalamnya. Reuters menyebut tragedi ini akan kiat meningkatkan ketegangan antara Rusia dan Barat.

Seorang pejabat AS mengatakan Washington keras menduga sebuah rudal darat ke udara telah ditembakkan ke Boeing 777 milik Malaysia Airlines dalam penerbangan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur Kamis oleh separatis Ukraina dukungan Moskow.

Tidak ada bukti pasukan pemerintah Ukraina menembakkan satu pun rudal, kata pejabat itu dengan meminta namanya tak disebutkan.

Wakil Presiden AS Joe Biden, di Detroit, mengatakan bahwa jet penumpang itu tampaknya meledak di angkasa.

Perdana Menteri Australia Tony Abbott bahkan lebih tegas lagi dengan mendesak para pemimpin Barat untuk menuntut Moskow menjawab pertanyaan seputar "pemberontak dukungan Moskow" yang dia sebut berada di belakang bencana itu.

Lebih dari 20 warga Australia menjadi korban MH17, sedangkan Belanda lebih buruk lagi dengan 153 warganya tewas.

Pesawat itu jatuh di dekat desa Hrabove sekitar 40 km dari perbatasan Rusia-Ukraina dekat Donetsk, yang adalah wilayah yang menjadi kubu pertahanan pasukan pemerintah Ukraina selama beberapa bulan.

Ukraina menuduh militan pro-Moskow, dibantu para perwira intelijen militer Rusia, telah menembakkan rudal darat ke udara jarak jauh SA-11 peninggalan Uni Soviet.  Para pemimpin separatis Republik Rakyat Donetsk membantah terlibat dan justru mengatakan sebuah jet Angkatan Udara Ukraina menjatuhkan penerbangan antarbenua itu.

Presiden Rusia Vladimir Putin justru mengambinghitamkan Kiev atas peningkatan ofensifnya melawan pemberontak dua pekan lalu setelah gencatan senjata gagal dicapai. Pemimpin Kremlin itu menyebut peristiwa itu "tragedi" tetapi tidak mengungkapkan siapa yang menembak jatuh Boeing 777 itu.

Malaysia tak percaya

Hilangnya MH17 adalah Malaysia Airlines kedua tahun ini, menyusul hilang misteriusnya MH370 Maret lalu yang menewaskan 239 penumpang dan awaknya dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing.

Di Malaysia, ada rasa tidak percaya bahwa ada kecelakaan pesawat lainnya yang terjadi begitu cepat.

"Jika tersingkap bahwa pesawat itu memang ditembak jatuh, kami menuntut pelakunya mesti cepat diadili," kata Perdana Malaysia Najib Razak dalam jumpa pers di Kuala Lumpur.  "Ini hari yang tragis, pada tahun yang sudah tragis, untuk Malaysia."

Presiden AS Barack Obama, yang berbicara kepada Perdana Menteri Belanda Mark Rutte selain juga para pemimpin dunia lainnya, mengatakan bukti dari jatuhan mesti tetap berada di Ukraina sehingga para penyelidik internasional punya kesempatan untuk menelitinya, kata para pejabat.

"Presiden dan Perdana Menteri (Rutte) sepakat pada perlunya menjamin akses secepatnya ke situs kecelakaan bagi para penyelidik internasional demi memfasilitasi bukti yang masih ada dan melakukan investigasi," kata Gedung Putih.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon juga menyeru investigasi internsional yang transparan untuk insiden itu. Dewan Keamanan PBB akan membahas masalah tersebut Jumat ini.

Kiev mengeluh bahwa kaum separatis telah menghalangi para pejabat Ukraina untuk mencapai situs kecelakaan. Kaum separatis kemudian mengaku menemukan kotak hitam pesawat tersebut.

Presiden Ukraina Petro Poroshenko, yang melancarkan ofensif ke timur, telah berbicara dengan Obama dan berupaya mendapatkan dukungan dunia. "Agresi eksternal melawan Ukraina tidak hanya masalah kami, melainkan juga ancaman bagi keamanan Eropa dan dunia," kata dia dalam pernyataannya seperti dikutip Reuters.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014