Chiang Mai ini bicara mengenai `crisis resolution` dan `crisis prevention`, jadi kalau ada krisis bagaimana menanganinya, sesuai pola yang ada di IMF,"
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan amandemen Perjanjian Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM), dilakukan untuk memperkuat ketahanan regional terhadap kemungkinan datangnya krisis ekonomi global.

"Chiang Mai ini bicara mengenai crisis resolution dan crisis prevention, jadi kalau ada krisis bagaimana menanganinya, sesuai pola yang ada di IMF," katanya di Jakarta, Jumat.

Bambang memastikan penguatan perjanjian ini untuk memperlihatkan kesiapan regional, agar kawasan Asia Tenggara dapat mandiri dan tidak bergantung dengan lembaga multilateral lainnya dalam mengatasi krisis.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menambahkan amandemen CMIM mengindikasikan keinginan untuk saling bekerja sama di kawasan regional ASEAN serta saling mendukung dalam menangkal ancaman krisis.

"Tujuan utama amandemen ini adalah bagaimana memperkuat bank sentral dengan menaikkan (nilai komitmen) bahkan menggandakan," ujarnya.

CMIM sendiri merupakan kerja sama keuangan antar-Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral di Kawasan ASEAN bersama dengan negara China, Tiongkok, dan Korea (ASEAN+3), serta Hong Kong Monetary Authority (HKMA).

Elemen utama dalam amandemen perjanjian CMIM yakni peningkatan nilai komitmen kerjasama menjadi sebesar 240 miliar dolar AS, dari 120 miliar dolar AS.

Elemen lainnya yakni tersedianya fasilitas CMIM Precautionary Line (Pencegahan Krisis) serta peningkatan IMF de-linked portion dari 20 persen menjadi 30 persen.

Amandemen yang berlaku efektif pada 17 Juli 2014 tersebut akan memperkuat jaring pengaman keuangan regional bagi anggota CMIM dalam menghadapi masalah neraca pembayaran potensial maupun aktual dan kesulitan likuiditas jangka pendek.
(S034/B012)

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014