Kota Gaza (ANTARA News) - Ahad menjadi hari paling mematikan di Gaza dalam lima tahun terakhir setelah 100 warga Palestina dan 13 tentara tewas setelah Israel meningkatkan serangan militer di wilayah itu.

Lebih dari separuh korban tersebut tewas di daerah Shejaiya, lapor AFP.

Dengan demikian jumlah total korban tewas di Gaza sejak dimulainya operasi militer Israel telah menjadi 438 jiwa (lebih dari dua pertiganya merupakan perempuan dan anak-anak), demikian keterangan dari juru bicara layanan darurat Gaza.

Sementara pihak militer Israel membenarkan bahwa 13 tentaranya tewas di Gaza pada hari ketiga operasi serangan darat. Sampai saat ini telah 18 anggota pasukan pertahanan Israel (IDF) tewas dan merupakan jumlah terbesar sejak perang Lebanon 2006.

Dalam kondisi semakin memburuknya situasi tersebut, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas tiba di Qatar untuk merundingkan gencatan senjata dengan pemimpin Hamas Khaled Meshaal dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.

"Saya mendesak digelarnya rapat darurat Dewan Keamanan PBB pada malam ini," kata Abbas dalam pidato yang disiarkan stasiun Palestinian TV.

"Apa yang dilakukan oleh pasukan Israel pada hari ini di Shejaiya adalah kejahatan kemanusiaan. Mereka yang melakukannya tidak akan lolos dari hukuman," kata Abbas.

Sementara itu Ban juga mengecam "tindakan kejam" di Shejaiya dan mendesak Israel untuk "menahan diri."

Sampai saat ini, sejumlah upaya gencatan senjata ditolak oleh Hamas.

Menyusul memburuknya situasi, badan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) telah menggunakan 61 sekolah untuk menampung lebih dari 81.000 orang yang ingin mencari perlindungan.

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyalahkan tingginya korban sipil kepada Hamas karena menggunakan "manusia sebagai tameng". Selain itu dia juga mengklaim telah mendapatkan dukungan internasional bagi operasi militer di Gaza yang ditujukan untuk menghancurkan terowongan-terowongan yang digunakan Hamas untuk melakukan serangan lintas perbatasan.

"Kami tengah melakukan aktivitas yang kompeks dan intensif di Jalur Gaza dan dunia mendukung hal ini--dukungan yang sangat kuat dari masyarakat internasional terhadap tindakan pasukan pertahanan Israel (IDF)," kata dia dalam konferensi pers di kantor kementerian pertahanan, Tel Aviv.

Pernyataan Netanyahu disampaikan setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menyalahkan Hamas yang dinilai memperpanjang konflik mematikan di Gaza karena menolak semupa upaya gencatan senjata.

Sementara Menteri Pertahanan Israel Moshe Yaalon meminta masyarakat internasional untuk "mendemiliterisasi Gaza", sebuah wilayah sempit seluas 350 km persegi dengan populasi 1,7 juta dan merupakan salah satu daerah paling padat di dunia.


Penerjemah: GM Nur Lintang Muhammad

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014