... akan tenang di Israel jika Gaza tenang. Kami berupaya membela rakyat Israel... "
Markas Besar PBB, New York (ANTARA News) - Dewan Keamanan PBB, Minggu malam, menyesalkan peningkatan korban tewas di Gaza dan menyerukan gencatan senjata segera, dalam sidang darurat yang digelar disaat pertempuran di wilayah itu terus memburuk.

Dalam pertemuan dua jam di New York, DK PBB yang beranggotakan 15 negara itu juga menyerukan agar hukum kemanusiaan internasional dihormati, termasuk perlindungan terhadap warga sipil.

"Anggota DK PBB mengungkapkan keprihatinan serius atas meningkatnya jumlah korban tewas," kata Duta Besar Rwanda untuk PBB, Eugene Richard Gasana, yang mengetuai dewan itu.

"Anggota DK PBB menyerukan penghentian kekerasan segera berdasar kesepakatan gencatan senjata pada November 2012 yang dicapai antara Israel dan Hamas," imbuh dia.

Presiden Palestina, Mahmud Abbas, meminta sidang darurat dan mengatakan situasinya sudah tidak bisa ditolerir di Gaza serta menggambarkan serangan Israel tersebut sebagai kejahatan kemanusiaan.

Ke-15 anggota DK PBB bersidang saat Sekretaris Jendral PBB, Ban Ki-moon, menggelar pertemuan dengan para pemimpin di wilayah itu ditengah meningkatnya kekerasan yang telah menewaskan lebih dari 100 warga Palestina dalam sehari.

Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB, Ron Prosor menyerang balik dan mengatakan Israel sudah tiga kali menyepakati tawaran gencatan senjata dari Mesir dan tindakan mereka merupakan aksi bela diri atas serangan roket yang dilancarkan oleh militan Hamas.

"Masalahnya sederhana. Situasinya akan tenang di Israel jika Gaza tenang. Kami berupaya membela rakyat Israel," katanya.

Ke-15 anggota DK PBB menggelar pertemuan soal Gaza pada Jumat namun gagal mencapai kesepakatan untuk deklarasi bersama.

Sejak konflik tersebut pecah pada 8 Juli, Dewan juga telah menggelar pertemuan pertama pada 10 Juli sebelum menyerukan gencatan senjata, dalam sebuah deklarasi yang dicapai dengan suara bulat.

Ban mengecam aksi kejam di Shejaiya dan mendesak Israel menahan diri.

"Terlalu banyak orang tak bersalah yang mati... (dan) selalu hidup dalam ketakutan," kata Ban, dalam jumpa pers di Doha.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014