Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore menguat sebesar 51 poin menjadi Rp11.559 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.610 per dolar AS.

"Rupiah kembali menguat di tengah minimnya sentimen data ekonomi, optimisme pengumuman hasil pemilihan umum presiden (pilpres) pada 22 Juli yang berjalan lancar menjadi salah satu pendorong mata uang domestik berada di area positif," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.

Meski demikian, lanjut dia, penguatan mata uang rupiah masih rentan menyusul sentimen eksternal yang kurang mendukung. Perhatian pasar masih akan tertuju ke perkembangan geopolitik di Ukraina dan Gaza, konflik itu bisa berpengaruh dan menimbulkan sentimen "risk aversion" atau alih risiko di pasar keuangan.

"Alih risiko masih membayangi di pasar keuangan yang dapat mendorong indeks dolar AS," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, Bank Sentral AS (the Fed) merencanakan untuk menaikan suku bunga bila data-data ekonomi AS yang akan dirilis ke depannya terus menunjukkan hasil yang memuaskan.

"Sejauh ini, testimoni gubernur the Fed Janet Yellen umumnya bernada positif mengenai ekonomi AS. Testimoni itu akan mendorong para pelaku pasar untuk lebih memperhatikan data-data ekonomi AS yang akan dirilis," katanya.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin ini (21/7), tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp11.577 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.706 per dolar AS.

(KR-ZMF/B012)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014