Denpasar (ANTARA News) - Keluarga dari Ketut Wiartini (33), salah seorang korban jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH-17, menyatakan siap jika sewaktu-waktu diminta untuk membantu proses identifikasi.

"Pihak keluarga sepakat untuk menunjuk salah seorang adik korban untuk berangkat jika sewaktu-waktu diminta untuk membantu proses identifikasi," kata perwakilan keluarga Ketut Wiartini, Markus, dihubungi dari Denpasar, Selasa.

Dia menjelaskan bahwa adik korban yakni Nengah Wikornia (28) siap diberangkatkan dan telah difasilitasi oleh pihak Kementerian Luar Negeri RI dan dibantu Imigrasi Singaraja untuk pembuatan paspor.

Namun dirinya belum mengetahui negara mana yang akan dituju karena ada tiga opsi di antaranya Malaysia, Belanda, atau langsung ke Ukraina.

Meski mengaku siap untuk berangkat, namun lanjut dia, Nengah Wikornia masih trauma dengan tewasnya sang kakak yang telah 16 tahun bekerja di sebuah restoran cepat saji di Amsterdam.

Pihak keluarga, kata dia, mengharapkan jenazah sang kakak ditemukan dalam kondisi utuh. Namun apabila kondisi jenazah yang tak utuh lagi, keluarga meminta agar jenazah korban dikremasi.

"Jika kondisi jenazah tidak utuh, kami berharap agar jenazah kakak kami dikremasi sehingga abunya bisa dikirimkan ke Bali," katanya.

Berbeda dengan pihak kelaurga Wiartini, pihak keluarga korban lainnya yakni Wayan Sujana (24) menolak untuk diberangkatkan karena mengaku masih trauma.

Mereka menyerahkan sepenuhnya kepada Kementerian Luar Negeri RI dan negara terkait untuk proses indentifikasi.

Kementerian Luar Negeri RI pada Senin (21/7) mengunjungi dua keluarga korban yakni Ketut Wiartini di Dusun Tukad Ampel, Desa Kubutambahan dan korban lain Wayan Sujana (24) di Desa Pejarakan, Gerokgak sekaligus untuk mendata dan memfasilitasi keluarga dalam proses identifikasi.

Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014