... Lepat kulo nyuwun pangamputen, selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah... "
Jakarta (ANTARA News) -  Politisi PDI P, Aria  Bima, mengatakan, Lebaran kali ini juga bermakna sebagai momen paling tepat untuk menyambung kembali tali batin yang sempat renggang karena "perlombaan" menuju puncak kekuasaan nasional pada tahun politik 2014.

Cukup berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Ramadhan diikuti Idul Fitri kali ini cukup istimewa karena ekskalasi temperatur politik juga terjadi. Persaingan antar pendukung di media sosial juga cukup sengit sebagaimana terjadi pada tataran nyata.

Pada tahun politik kali ini, kata dia, terjadi ekuilibrum; misalnya antara Partai Gerindra dan Partai Demokrat yang dulu tidak pernah ada dalam satu payung politik sekarang bisa bersama.

Demikian juga di kalangan anggota partai dan elit, konfigurasi kawan dan lawan sekarang berubah dan segmentasi massa pendukung capres tertentu meningkat.

"Saya melihat, Lebaran kali ini menjadi momen tepat karena berbarengan dengan selesainya Pemilu Legislatif dan Presiden," kata dia.

"Tinggal beberapa kasus di Mahkamah Agung dan menurut saya apapun dinamika yang terjadi, saya tidak melihatnya sebagai menang atau kalah, tapi semua adalah juara, karena kita ini bukan lawan tanding tapi kawan berlomba," kata dia, saat dihubungi www.antaranews.com, di Jakarta, Sabtu.

Dalam satu pertandingan, menurut lulusan FISIPOL UGM Yogjakarta, itu pasti ada yang kalah dan ada yang menang, namun pemilu di Indonesia adalah perlombaan jadi semua adalah juara.

"Kita ini sesama anak bangsa harus merajut dan menyambung kembali tali batin kebangsaan di bulan Ramadhan yang dipenuhi fitri," kata dia.

Berangkat dari itu, saling memaafkan saat Idul Fitri adalah keniscayaan sebagai manusia yang tidak luput dari berbagai kesalahan. "Kita harus melihat ke depan tanpa melupakan masa lalu. Pemerintah yang baru harus memberikan contoh teladan bagi rakyat," kata dia.

"Lepat kulo nyuwun pangamputen, selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah," katanya, mengucapkan selamat berlebaran dalam bahasa Sunda.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014