Pengamatan di lapangan, serangan SCMV cepat menyebar dengan sistemik dan berpotensi menurunkan produksi tebu hingga 40 persen, namun belum ada usaha pencegahan serius yang dilakukan, baik oleh petani maupun pihak PTPN,"
Jember (ANTARA News) - Pakar bioteknologi dari Universitas Jember, Jawa Timur, Prof Dr Bambang Sugiharto, mengatakan tanaman tebu di Indonesia rawan terhadap penyakit yang disebabkan oleh serangan "Sugar Cane Mosaic Virus" (SCMV).

"Pengamatan di lapangan, serangan SCMV cepat menyebar dengan sistemik dan berpotensi menurunkan produksi tebu hingga 40 persen, namun belum ada usaha pencegahan serius yang dilakukan, baik oleh petani maupun pihak PTPN," tuturnya di Kabupaten Jember, Rabu.

Menurut dia, tebu yang diserang oleh SCMV ditandai dengan munculnya titik-titik kuning di daun dan serangan penyakit tersebut memang tidak akan mematikan tanaman tebu, namun akan menurunkan produktivitasnya, bahkan ditengarai bibit tebu yang beredar juga sudah terinfeksi virus SCMV.

"Kami menemukan tanaman tebu di wilayah Semboro Kabupaten Jember, Prajekan di Kabupaten Bondowoso dan Jatiroto di Kabupaten Lumajang sudah terkena virus SCMV. Jika hal ini dibiarkan, maka produksi tebu bisa terancam," tuturnya.

Untuk itu, lanjut dia, "Center for Development of Advanced Science and Technology" (CDAST) Universitas Jember yang bergerak di bidang bioteknologi khususnya rekayasa genetika sedang mengembangkan bibit tebu tahan virus SCMV melalui rekayasa genetika.

"Rintisan itu sudah dimulai sejak tahun lalu bekerja sama dengan PTPN XI dan sudah berjalan dengan baik karena para peneliti CDAST sudah berhasil menemukan bibit tebu bebas virus SCMV, namun tebu bebas penyakit itu saat ditanam masih bisa terkena virus, jika tanaman tebu yang lain sudah terinfeksi virus SCMV," paparnya.

Ia menjelaskan pihaknya terus berusaha menemukan bibit tebu yang tahan virus SCMV, meneliti siklus hidup, penyebaran dan penularan virus SCMV karena penanganan penyakit tanaman yang disebarkan oleh virus berbeda dengan penyakit tanaman yang disebabkan oleh hama.

"Kami melibatkan para ahli hama dan penyakit tanaman dari Fakultas Pertanian yang dipimpin oleh Prof Dr Wiwik Sri Wahyuni untuk meneliti virus SCMV," ucap pengajar Jurusan Biologi FMIPA Universitas Jember ini.

Ia mengatakan CDAST Universitas Jember telah berhasil mengembangkan tebu produk rekayasa genetika (PRG) tahan kering yang diberi nama N11-4T hasil kerja sama dengan PTPN XI dan varian tebu rendemen tinggi.

"Harapannya, tebu PRG tahan virus SCMV segera terwujud agar produksi tebu dan industri gula nasional tidak terganggu," ujar Bambang yang juga Ketua CDAST Unej itu.
(KR-ZUM/M026)

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014