Washington (ANTARA News) - Gedung Putih pada Kamis (31/7) menyatakan AS takkan menjadwal kembali pertemuan puncak AS-Afrika yang akan diselenggarkan awal pekan depan karena wabah Ebola menyerang beberapa negara Afrika Barat.

"Pada saat ini, sama sekali tak ada rencana untuk mengubah jadwal," kata Juru Bicara Josh Earnest kepada wartawan dalam taklimat harian di Markas PBB, New York, seperti dilaporkan Xinhua.

Ia mengatakan Pusat AS bagi Pemantauan dan Pencegahan Penyakit (CDC) "telah menyimpulkan bahwa tak ada risiko besar di Amerika Serikat dari wabah Ebola saat ini".

CDC pada Kamis mengeluarkan peringatan yang menyarankan warga AS agar tidak pergi ke Guinea, Liberia dan Sierra Leone.

Gedung Putih telah mengundang para pemimpin negara Afrika, kecuali yang berasal dari Zimbabwe, Sudan, Eritrea dan Republik Afrika Tengah, untuk menghadiri pertemuan puncak di Washington D.C. pada 4-6 Agustus, yang pertama di Amerika Serikat.

Pertemuan tiga-hari itu, yang dijadwalkan dimulai pada Senin, diperkirakan menjadi acara terbesar yang pernah diselenggarakan oleh presiden AS dengan kepala negara dan pemerintah Afrika.

Obama menyampaikan undangan kepada 50 pemimpin negara, termasuk dari negara yang paling parah diserang virus Ebola --Liberia, Sierra Leone, Guinea dan Nigeria.

Lebih dari 1.300 kasus Ebola telah dilaporkan di negara itu sejak Februari, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan sedikitnya 729 orang telah meninggal, termasuk 339 orang di Guinea saja.

Namun Presiden Sierra Leone dan Liberia telah mengumumkan mereka takkan menghadiri pertemuan regional yang tidak menangani Ebola.

"Kami tentu saja mengerti keputusan yang diambil oleh sebagian pemimpin Afrika ini untuk tidak ikut-serta," kata Earnest. "Mereka tentu saja memiliki urusan yang sangat mendesak untuk ditangani di negara mereka masing-masing."

Para pejabat kesehatan menyatakan wabah Ebola saat ini adalah yang terbesar dalam sejarah dan berita bahwa seorang pria yang membawa virus tersebut datang dari Liberia ke Nigeria dengan naik pesawat pekan lalu telah memicu kekhawatiran bahwa penyakit mematikan itu dapat menyebar ke benua lain melalui perjalanan udara.

Dua pekerja kesehatan berkebangsaan Amerika yang tertular Ebola di Liberia --Dr. Kent Brantley dan Nancy Writebol-- berada dalam "kondisi stabil tapi memprihatinkan", kata kelompok bantuan mereka yang berpusat di North Carolina, Kamis.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014