Seharusnya kita harus bergerak bukan hanya sifatnya sesaat tapi langgeng yang memerlukan upaya untuk lebih keras lagi dari PBB untuk memaksa suatu perdamaian di sana
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mengharapkan gencatan senjata antara Israel dengan Hamas selama 72 jam sejak Selasa (5/8) waktu setempat dapat efektif untuk memberikan bantuan kemanusiaan sekaligus ditaati oleh keduabelah pihak.

"Harapan kita gencatan senjata kali ini bisa dipertahankan karena ini bukan pertama kalinya gencatan senjata diumumkan," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa usai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima kunjungan PM Kepulauan Solomon Gordon Darcy Lilo di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa.

Marty menambahkan,"Harapan kita gencatan senjata ini bisa semakin langgeng karena menggunakan istilah jeda kemanusiaan."

"Seharusnya kita harus bergerak bukan hanya sifatnya sesaat tapi langgeng yang memerlukan upaya untuk lebih keras lagi dari PBB untuk memaksa suatu perdamaian di sana," katanya.

Sebelumnya, sebagai dikutip dari Reuters, Israel dan Hamas Senin menyepakati usulan Mesir untuk melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza selama 72 jam dimulai Selasa pukul 05.00 GMT (atau 12.00 WIB).

Waktu 72 jam itu akan digunakan oleh perwakilan Israel dan Hamas untuk melakukan perundingan dengan kesepakatan jangka panjang di Kairo.

Sejumlah kelompok di Palestina, sebelumnya, termasuk utusan dari Hamas dan Jihad Islam, bertemu dengan kepala badan intelejen Kairo pada Senin untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung selama empat pekan itu.

Beberapa jam kemudian, anggota kabinet bidang keamanan dari pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu setuju dengan usulan Mesir.

"Israel telah memberitahu Mesir mengenai persetujuan atas usulan gencatan senjata," kata seorang sumber dalam kantor perdana menteri yang meminta dirahasiakan identitasnya.

Setelahnya, Hamas juga mengumumkan persetujuan atas hal yang sama.

"Hamas memberi tahu Mesir beberapa waktu lalu mengenai persetujuan atas masa tenang selama 72 jam," kata juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri kepada Reuters.

Israel sendiri memulai serangan ke Jalur Gaza yang dikuasai Hamas pada 8 Juli lalu untuk membalas serangan roket.

Akibat serangan udara dan darat itu 1.834 orang tewas, sebagian besar adalah warga sipil. Sementara Israel kehilangan 64 tentara dan tiga warga sipil.

Sejumlah usulan gencatan senjata yang diupayakan sebelumnya menemui kegagalan karena pihak yang berseteru terus menolak syarat yang diajukan musuhnya.

Usulan Mesir yang disepakati juga hanya bersifat sementara dan bertujuan untuk memberi waktu bagi Israel-Hamas untuk berunding selama 72 jam.

Pada Senin (4/8), pihak Palestina mengatakan bahwa Israel telah membom kamp pengungsian di Kota Gaza dan menewaskan anak berusia delapan tahun dan melukai 29 lainnya.

Militer Israel sendiri membantah telah melakukan serangan udara itu pada Senin. Mereka mengaku menghormati gencatan senjata kemanusiaan selama tujuh jam untuk memberi kesempatan pada para relawan menyerahkan bantuannya.

Pewarta: Panca Hari Prabowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014