Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga masih memberikan kontribusi tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2014 yang sebesar 5,12 persen (yoy).

"Konsumsi rumah tangga terbantu oleh penyelenggaraan pemilu. Pemilu berdampak pada seluruh sektor ekonomi, seperti industri manufaktur, percetakan, kertas, tekstil, makanan serta minuman," kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Selasa.

Suryamin menjelaskan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh 5,59 persen pada triwulan II-2014, lebih baik dari periode yang sama tahun lalu, yang hanya tumbuh 5,15 persen.

"Selain itu, konsumsi rumah tangga terbantu karena tingginya penjualan peralatan komunikasi dan transportasi. Kelompok bahan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau juga memberikan konstribusi," katanya.

Ia menambahkan komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga tercatat tumbuh 4,53 persen pada triwulan II-2014, atau sedikit lebih baik dari periode yang sama tahun lalu, yang tumbuh 4,47 persen.

"Investasi tumbuh, karena impor barang modal seperti mesin, masih bagus. Impor barang angkutan juga. Selain itu, pertumbuhan barang modal untuk produksi dalam negeri juga membaik, serta pertumbuhan sektor konstruksi," katanya.

Namun, lanjut Suryamin, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi pada triwulan II-2014, atau turun 0,71 persen. Komponen pengeluaran ini pada kurun yang sama tahun lalu tumbuh 2,17 persen.

"Ini terjadi karena realisasi belanja pegawai lebih rendah daripada triwulan II-2013, karena adanya perbedaan pembayaran gaji ke-13 serta penangguhan belanja bantuan sosial menjelang pemilihan umum," ujarnya.

Suryamin menambahkan komponen yang ikut mengalami kontraksi pada triwulan II-2014 adalah ekspor barang dan jasa, yang tercatat turun 1,04 persen dibandingkan triwulan II-2013 yang tercatat tumbuh 4,82 persen.

"Ekspor barang mengalami kontraksi, karena ekspor migas maupun non migas mengalami penurunan, termasuk ekspor jasa. Faktor lainnya, karena depresiasi nilai tukar rupiah, ikut menurunkan kinerja ekspor nasional," katanya.

Sementara, komponen impor barang dan jasa ercatat minus 5,02 persen pada triwulan II-2014 atau turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 0,69 persen. Ini terjadi karena secara kumulatif nilai impor nasional mengalami kontraksi.

Menurut struktur PDB, komponen konsumsi rumah tangga memberikan andil 55,79 persen pada pertumbuhan ekonomi triwulan II-2014, diikuti pembentukan modal tetap bruto (31,5 persen), ekspor (23,19 persen), impor (25,78 persen) dan konsumsi pemerintah (8,02 persen).

Dari sektor lapangan usaha, laju pertumbuhan PDB paling tinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan transportasi, yang tumbuh 9,53 persen dibandingkan triwulan II-2013, diikuti sektor konstruksi 6,59 persen, sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan yang tumbuh 6,18 persen.

Selain itu, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 5,77 persen, sektor jasa-jasa 5,68 persen, industri pengolahan 5,04 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 4,53 persen, dan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 3,39 persen.

"Secara keseluruhan, semua sektor ekonomi meningkat kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang turun minus 0,15 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu," kata Suryamin.

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-2014 masih didominasi pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 58,7 persen diikuti Sumatera 23,74 persen, Kalimantan 8,31 persen, Sulawesi 4,84 persen serta Maluku Papua 1,91 persen.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014