Freetown/Monrovia (ANTARA News) - Ratusan tentara dikerahkan di Sierra Leone dan Liberia, Senin, untuk mengkarantina masyarakat yang diserang virus Ebola mematikan.

Sementara itu korban tewas mencapai 887 orang dan tiga kasus baru terjadi di Nigeria, demikian laporan Reuters.

Dengan sistem pemeliharaan kesehatan di negara-negara Afrika Barat itu yang dilanda epidemi, Bank Pembangunan Afrika dan Bank Dunia mengatakan mereka akan segera menggelontorkan dana 260 juta dolar AS ke tiga negara yang dilanda penyakit itu -Sierra Leone, Liberia dan Guinea.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang pekan lalu memperingatkan konsekuensi bencana besar jika penyakit itu tidak dikendalikan, melaporkan 661 korban tewas baru dalam dua hari sampai 1 Agustus sementara penyakit itu terus menyebar.

Penyakit itu mulai terjadi Februari di hutan-hutan Guinea. Jumlah korban terus meningkat, tetapi sejak itu virus menyebar ke Liberia dan Sierra Leone.

Di Nigeria, di mana warga Amerika Serikat Patrick Sawyer menjadi orang pertama meninggal akibat virus itu setelah tiba dari Liberia akhir Juli, WHO melaporkan tiga kasus baru.

Pihak berwenang Nigeria mengatakan, Senin, seorang dokter yang merawat Sawyer terkena virus itu. Seorang pejabat kementerian kesehatan menolak mengomentari mengenai hal itu.

Kepanikan di kalangan masyarakat lokal, yang menyerang para petugas kesehatan dan mengancam akan membakar ruang-ruang isolasi rumah sakit, memicu Sierra Leone, Liberia dan Guinea mengumumkan tindakan-tindakan keras pekan lalu termasuk penutupan sekolah-sekolah dan pengkarantinaan daerah hutan terpencil yang paling banyak diserang penyakit itu.

Konvoi-konvoi panjang truk-truk militer mengangkut tentara dan para pekerja kesehatan, Senin, di daerah timur Sirra Leone, di mana kasus-kasus itu tertinggi jumlahnya. Juru bicara militer Kolonel Michael Sampura mengatakan operasi itu, yang bersandi Octopus melibatkan 750 personel militer.

Pasukan akan berkumpul di kota Bo, Sierra Leone sebelum ke masyarakat-masyarakat terpencil untuk memberlakukan karantina, tambahnya.

Para pekerja kesehatan akan diizinkan datang dan pergi secara bebas, dan masyarakat akan tetap mendapat pasokan makanan.

Di Liberia, Presiden Ellen Johnson -Sirleaf dan menteri-menteri melakukan sidang mendadak, Minggu, untuk membicarakan serangkaian tindakan anti-Ebola sementara polisi menangani masyarakat-masyarakat di daerah Lofa, Liberia utara.

Polisi membangun pos-pos pemeriksaan dan menempatkan penghadang jalan di jalan masuk dan tempat ke luar ke masyarakat yang terinfeksi, dan tidak ada seorangpun diperkenankan pergi. Pasukan digelar untuk daerah-daerah yang terburuk diserang untuk melakukan tindakan-tindakan itu.

"Situasi mungkin akan bertambah buruk sebelum dapat menjadi lebih baik," kata Menteri Informasi Liberia Lewis Brown kepada Reuters.

Ketua WHO Margaret Chan, Jumat, memperingatkan para pemimpin kawasan itu dengan kasus Ebola itu mereka harus mempercepat usaha-usaha mereka untuk mengatasinya dan menjanjikan akan meminta bantuan internasional 100 juta dolar AS untuk mengatasi penyakit itu.

Para pejabat Amerika Serikat dan badan-badan multilateral berencana akan membahas masalah itu dalam satu KTT AS-Afrika tiga hari di Washington, yang dimulai Senin.

(Uu.H-RN)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014