Kita harus banyak belajar dari kondisi nyata dari berbagai tragedi yang menimpa negara-negara lain yang lebih dahulu merdeka dan berkembang dari pada kita. Seperti kehancuran bidang pemerintahan yang menimpa negara Irak, Mesir dan Palestina dan beber
Sungai Raya, Kalbar (ANTARA News) - Panglima TNI, Jenderal (TNI) Moeldoko memberikan kuliah umum kepada 545 mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Nusantara dari 38 perguruan tinggi se-Indonesia yang digelar Universitas Tanjungpura bersama Dirjen Pendidikan Tinggi di aula Batalion Paskhas Brajamusti, Lanud Supadio, Kalbar, Kamis.

Jenderal Moeldoko di Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya mengatakan, untuk menghadapi Indonesia Emas pada peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia, generasi penerus bangsa perlu dibekali dengan berbagai pengalaman yang dapat memotivasi diri mereka untuk meningkatkan berbagai program pembangunan di negara ini.

Moeldoko menyatakan, untuk menghadapi Indonesia Emas tersebut, diperlukan berbagai persiapan. Namun, yang paling penting, menurutnya adalah, bagaimana membangun kesadaran bersama dalam konteks kewaspadaan.

"Kita harus banyak belajar dari kondisi nyata dari berbagai tragedi yang menimpa negara-negara lain yang lebih dahulu merdeka dan berkembang dari pada kita. Seperti kehancuran bidang pemerintahan yang menimpa negara Irak, Mesir dan Palestina dan beberapa negara lainnya," tuturnya.

Menurutnya, konteks kewaspadaan itu jelas harus diutamakan, jangan sampai setelah kehancuran itu terjadi, baru menyadarinya dan menimbulkan penyesalan.

"Karena harus kita ketahui bersama, berbagai ancaman itu, justru berada di sekitar kita," katanya.

Dia menambahkan ada lima faktor penentu yang harus di pahami dalam menghadapi berbagai situasi yang ada saat ini, yang pertama adalah kecepatan, karena dalam kondisi seperti ini kecepatan sangat diperlukan mengingat perkembangan teknologi, ekonomi, sosial dan lain sebagainya sangat cepat.

"Yang berikutnya adalah kompleksitas, karena saat ini kita semua diharapkan bisa memikirkan semua masalah secara kompleks, tidak menutup pemikiran hanya pada satu permasalahan saja. Yang berikutnya adalah faktor risiko, dimana semua orang harus bisa mempertimbangkan berbagai risiko dari perbuatan yang dilakukannya, jangan malah menyesal setelah apa yang dibuatnya merugikan diri sendiri dan orang lain," kata Moeldoko.

Berikutnya adalah perubahan, karena perubahan merupakan sesuatu yang pasti, karena segala sesuatu pasti akan berubah, bahkan bisa dengan cepat.

"Setidaknya lima poin di atas bisa dipegang oleh semua mahasiswa yang mengikuti kuliah ini karena mereka semua adalah calon penerus bangsa yang harus bisa memperjuangkan kemerdekaan negara ini ke depan," katanya.(KR-RDO/N005)

Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014