PBB, New York (ANTARA News) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengadakan pertemuan panel ahli dalam bidang etika medis awal pekan depan guna meneliti penggunaan pengobatan percobaan dalam wabah Ebola yang terjadi saat ini di Afrika Barat.

"Saat ini tak ada obat atau vaksin yang terdaftar guna menghadapi virus tersebut, tapi ada beberapa pilihan percobaan yang sedang dikembangkan," kata Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, dalam taklimat harian di Markas Besar PBB, Kamis (7/8).

"Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan perawatan baru-baru ini atas dua pekerja kesehatan dengan obat percobaan telah menimbulkan pertanyaan," kata Haq, sebagaimana dikutip Xinhua. "Itu menekankan standard emas bahwa penilaian obat baru melibatkan serangkaian percobaan pada manusia, dan prinsip bimbingan dengan penggunaan setiap obat baru tidak berbahaya."

"Namun, Dr. Marie-Paule Kieny, Asisten Direktur-Jenderal di Organisasi Kesehatan Dunia, menjelaskan bahwa situasi saat ini tak biasa dan panduan dari ahli etika medis diperlukan," ia menambahkan.

Meskipun "serum rahasia" yang disebut ZMapp muncul sebagai pengobatan primer dua pekerja bantuan Amerika yang terserang Ebola di Afrika Barat, para ahli memperingatkan bahwa terlalu dini untuk memberitahu apakah pengobatan itu efektif.

Perhatian internasional telah beralih ke obat percobaan yang dikenal dengan nama ZMapp, yang dikembangkan oleh Mapp Biopharmaceutical, yang berpusat di San Diego-- dan diproduksi oleh Kentucky BioProcessing (KBP) --yang berpusat di Owensboro-- sebab kesehatan Nancy Writebol dan Kent Brantly, yang terserang penyakit mematikan tersebut sewaktu merawat pasien di Liberia, tampaknya meningkat setelah mereka diobati dengan obat itu.

Produsen obat AS yang diduga yang pertama pada Rabu (6/8) mengkonfirmasi perusahaan tersebut menyediakan "jumlah terbatas ZMapp" buat Emory University Hospital di Atlanta, tempat kedua orang itu dirawat. Sebelumnya, perusahaan tersebut menerima permintaan pekan lalu dari rumah sakit itu dan Samaritans Purse, satu organisasi bantuan tempat Brantly bekerja.

Negara Afrika Barat yang paling parah dilanda virus Ebola telah mengeluarkan pembatasan perjalanan dalam upaya untuk mengendalikan penyebaran penyakit mematikan tersebut setelah laporan tersebar mengenai keluarga yang menyembunyikan kerabat yang sakit dan mayat yang ditinggalkan di jalan.

Pada Rabu, Pemerintah Nigeria menggambarkan wabah Ebola di negeri itu sebagai bencana nasional.

Tentara menindak orang yang berusaha pergi ke ibu kota Liberia pada Kamis (7/8) dari daerah desa dengan tingkat tinggi penularan Ebola, beberapa jam setelah presiden mengumumkan keadaan darurat nasional.

Upaya serupa dilancarkan di daerah timur negara tetangga Liberia, Sierra Leone setelah para pejabat di sana melancarkan "Operation Octopus" untuk terus mengisolasi orang yang terserang Ebola.

Wabah tersebut, sejauh ini merupakan yang terbesar dalam hampir 40 tahun sejarah penyakit itu di Liberia, telah menyerang 1.711 orang dan menewaskan 932 orang tahun ini di empat negara Afrika Barat --Guinea, Liberia, Nigeria dan Sierra Leone, kata WHO.

Meskipun wabah tersebut, yang muncul pada Maret, sekarang telah mencapai keempat negara itu, Liberia dan Sierra Leone menghadapi lebih dari 60 persen kematian, kata Organisasi Kesehatan Dunia.

(Uu.C003)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014