Jakarta (ANTARA News) - Patahnya baut sambungan bus artikulasi (gandeng) Transjakarta saat beroperasi di koridor 11 pada Kamis (8/8), diduga karena pengemudi tidak mengikuti  prosedur operasi standar (SOP) dengan memundurkan bus pada saat terjadi gangguan.

"Seluruh pengemudi bus artikulasi (gandeng) sudah memahami prosedur tersebut, namun mungkin karena arahan petugas lalu lintas untuk menghindari kemacetan, mereka mencoba memundurkan hingga baut penutup harmonika patah," ungkap M Pramudya, General Manager PT INKA, Minggu.

Menurut Pramudya, dalam prosedur operasi standar jelas diarahkan agar jika mengalami kondisi tersebut,  seharusnya bus tetap maju perlahan ke lokasi yang lebih aman.

Pramudya mengatakan bus tersebut mempunyai penggerak belakang sehingga jika dimundurkan dalam kondisi tersebut, body belakang tertarik mundur sedangkan body depan tetap pada posisinya.

Akibatnya, penutup harmonika terlepas seakan terlihat terlepas dari sambungan dengan body depan.

Lebih lanjut Pramudya mengemukakan, setelah teknisi datang dan segera mengganti baut yang patah, maka bus Transjakarta sudah bisa berjalan normal lagi untuk selanjutnya dibawa ke pool Damri guna investigasi lebih lanjut.

"Jadi dalam kejadian tersebut, semata-mata karena baut patah, bukan karena body atau ada bagian chassis yang patah," tegas Pramudya.

Pihak PT INKA (persero) selaku produsen Inobus tersebut menjelaskan bahwa sistem sambungan menggunakan produk yang paling baik yaitu produk dan teknologi Jerman merk Hubner yang merupakan produsen terbesar di dunia khusus untuk sistem artikulasi baik di Bus maupun di Kereta Api.

Pihaknya menjelaskan bahwa baut untuk mengikat sistem artikulasi ini ke chassis ada 8 buah, dan patahnya baut tersebut seharusnya tidak terjadi jika pengguna mengikuti SOP .

Dia menduga, kejadian baut patah mungkin saja awalnya disebabkan karena kekencangan baut sudah tidak sesuai dengan torsi yang disarankan atau baut longgar yang disebabkan karena beban dinamis yang berlebihan
atau ada sebagian baut yang cacat operasional tapi belum sempat diganti.

Penyebab lain yang lebih perlu dicermati dari peristiwa tersebut adalah menyangkut beban operasional yang melebihi desain normal, seperti beban penumpang yang sering overload, ketidakrataan jalan yang ekstrem di beberapa tempat, dan waktu perawatan harian yang relatif singkat.

Dengan mempertimbangkan beban operasional busway yang sangat berat tersebut dan untuk menjamin umur komponen artikulasi bisa tahan lebih lama, telah direkomendasikan perawatan harian dengan pengecekan
detail termasuk penggantian baut setiap enam bulan sekali.

Atas insiden tersebut Pihak PT INKA sangat mendukung rencana Pemprov DKI dan Transjakarta untuk melibatkan pihak produsen/ APM dalam kontrak perawatan sehingga pihak produsen bus bisa langsung
mendukung penuh operator dalam perawatan periodik.

Pewarta: Miskudin Taufik
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014