Samarinda (ANTARA News) - Rel kereta api Kalimantan Timur, kata Director of External Affairs PT Kereta Api Borneo (KAB) Arie Nauvel Iskandar, akan mulai beroperasi pada 2019.

"Akhir 2015 pengerjaan konstruksi akan mulai dilakukan dan kami berharap pada 2019 rel kereta api sudah bisa dioperasikan," ungkap Arie Nauvel Iskandar, kepada wartawan di Samarinda, Rabu.

Pembangunan rel kereta api yang melalui jalur dari Kutai Barat melintasi Balikpapan hingga Penajam Paser Utara itu, kata Arie Nauvel Iskandar, akan menelan anggaran Rp20 triliun.

"Saya belum bisa menyebutkan biaya secara keseluruhan tetapi untuk pembangunan rel kereta api sendiri akan menelan anggaran hingga Rp20 triliun," kata Arie Nauvel Iskandar.

Saat ini lanjut dia, tenaga dilakukan survei untuk menentukan titik-titik pembangunan jalur rel kereta api tersebut.

Namun, dia mengakui saat ini belum ada pengerjaan secara fisik sebab masih melakukan proses survei serta pengurusan izin.

"Proses survei untuk menentukan titik yang baik secara teknis setelah itu akan dilanjutkan dengan proses perizinan, pembebasan lahan kemudian pengerjaan konstruksi yang rencananya mulai dilakukan pada akhir 2015. Jadi, dari sisi teknis sudah tidak ada masalah tinggal dua hal yang masih dalam proses yakni perizinan dan persiapan pembebasan lahan," kata Arie Nauvel Iskandar.

Pembangunan rel kereta api Kaltim itu lanjut dia merupakan proyek dua pemerintah yakni Indonesia dengan Rusia.

"Pembangunan rel kereta api ini merupakan salah satu proyek MP3I sehingga harus menjadi prioritas sebab kegiatan ini merupakan proyek dua pemerintah dimana sebelumnya dilakukan pertemuan antara Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Rusia Vladimir Putin," ujar Arie Nauvel Iskandar.

Dalam menunjang keberadaan rel kereta api Kaltim itu lanjut Arie Nauvel Iskandar, pada awal 2015 akan dikirim 50 orang yang akan disebar di tiga perguruan tinggi di Rusia yakni, Russian University, Saint Petersburg University serta di Rostov University.

"Tenaga kerja nanti sebagian dari Kaltim dan awal 2015 kami akan mengirim 50 orang untuk mengikuti pendidikan di tiga perguruan tinggi di Rusia. Mereka akan menempuh pendidikan terkait perkeretaapian di Rusia selama enam tahun, satu tahun untuk bahasa dan lima tahun pendidikan," katanya.

"Ke-50 orang itu akan dipersiapkan sebagai tenaga di tiga utama yakni, operasi, tenaga maintenance atau pemeliharaan serta terkait pengelolaan rel kereta api. Jadi, setelah pulang keahlian mereka setara dengan master dan bukan S1 sehingga akan memilki kemampuan yangs angat kompetitif," kata Arie Nauvel Iskandar.

Rel kereta api Kaltim yang terintegrasi dengan pelabuhan dan pembangkit listrik itu lanjut dia awalnya diperuntukkan untuk transportasi pengangkutan batu bara.

"Konstur tanah di Kaltim kurang mendukung untuk pembangunan rel kereta api tetapi dengan teknologi hal itu bisa dilakukan, tetapi tentu berdampak pada tingginya nilai investasi. Dengan kondisi itu, maka sulit ditutupi hanya dengan kereta api penumpang sehingga untuk tahap awal hanya untuk pengangkutan batu bara dan hasil alam lainnya," katanya.

"Namun, tidak menutup kemungkinan setelah itu akan bisa digunakan untuk transportasi penumpang," ungkap Arie Nauvel Iskandar.

Pewarta: Amirullah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014