Alat itu diaplikasikan pada Kelompok Pertanian Sedyo Rukun, Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),"
Yogyakarta (ANTARA News) - Kelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta membuat dan mengembangkan penyiram ladang sayur otomatis berbasis kemandirian energi, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produk hasil pertanian.

"Alat itu diaplikasikan pada Kelompok Pertanian Sedyo Rukun, Desa Karangrejek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," kata ketua kelompok mahasiswa Fariz Budi Widada di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, Kelompok Pertanian Sedyo Rukun merupakan wadah persatuan dan kebersamaan dalam tercapainya masyarakat petani yang modern dan sejahtera. Di desa itu jumlah keluarga yang memiliki tanah pertanian sebanyak 385 keluarga.

"Di Karangrejek terdapat tiga kondisi masa pertanian yakni masa pertanian padi empat bulan, masa pertanian palawija tiga bulan, dan masa pertanian sayur lima bulan," katanya.

Ia mengatakan masa pertanian sayur adalah masa yang paling panjang karena pada masa itu kondisi daerah mendukung untuk menanam berbagai sayuran.

Namun kenyataan yang terjadi adalah teknologi yang digunakan untuk menyiram ladang sayuran tersebut masih manual sehingga menyita waktu dan tidak efektif dalam pendistribusian air sehingga hasil produksi kurang maksimal.

"Untuk itu perlu adanya inovasi teknologi yang dapat meningkatkan hasil produksi, efisiensi waktu, dan berbasis kemandirian energi," katanya.

Menurut dia, alat itu terdiri atas beberapa komponen yakni pompa air, inverter, solar cell, aki, mikrokontroler ATMega8, modul SHT11, dan LCD.

Mikrokontroler ATMega8 adalah sebuah chip yang berfungsi sebagai pengontrol rangkaian elektronik dan dapat menyimpan program di dalamnya.

Modul SHT11 digunakan sebagai alat pengindra suhu dan kelembaban dalam aplikasi pengendali suhu dan kelembaban.

"Alat itu dirancang untuk menyiram tanaman pada dua sesi yakni pukul 08.00-10.00 WIB dan 15.00-17.00 WIB," katanya.

Ia mengatakan cara kerja alat itu adalah modul SHT11 membaca sensor pada waktu-waktu tersebut, dan apabila terdeteksi kering maka modul akan memerintahkan pompa air untuk menyiram tanaman di ladang.

Setelah ladang cukup basah atau hingga limit waktu yang ditentukan, pompa air akan berhenti menyiram tanaman.

Menurut dia, "output" yang diharapkan dari pelaksanaan program itu adalah tercapainya efisiensi waktu karena bekerja secara otomatis berdasarkan tingkat kekeringan tanah dalam melakukan penyiraman sayuran serta mengganti pompa air berbahan bakar bensin dengan solar cell.

"Inovasi itu berhasil meraih dana dari Ditjen Dikti karena lolos dalam Program Kreativitas Mahasiswa Teknologi (PKMT)," katanya.

Anggota kelompok mahasiswa itu adalah Anang Prasetyo, Siti Efiyati, dan Indriyani.

(B015/M008)

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014