... jangan memberi keterangan palsu... "
Jakarta (ANTARA News) - "Kami sudah periksa ke Papua mengenai apa yang terjadi. Itu masalah yang terjadi di KPU, kemudian personil polisi termasuk kepala Polres hadir di sana untuk menengahi, bukan untuk mengintimidasi," kata Kepala Kepolisian Indonesia, Jenderal Polisi Sutarman, di Jakarta, Kamis.

Sutarman menegaskan tidak ada intimidasi oleh polisi pada Pemilu Presiden 2014, di Distrik Dogiyai, Nabire, Papua, seperti disampaikan saksi Prabowo-Hatta dalam sidang perkara hasil pemilihan umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi.

Sutarman menjelaskan, yang dilakukan anggotanya di lapangan pada saat Pemilu Presiden di Dogiyai sudah sesuai dengan penugasan. "Saya katakan tidak ada (intimidasi) karena personel kami datang ke sana untuk mengamankan dan meluruskan apa yang terjadi di sana," ujarnya.

Dia meminta agar Kepala Polres Nabire, AKBP Tagor Hutapea, yang dicurigai mengintimidasi, dapat dihadirkan dalam sidang PHPU MK untuk menjelaskan hal yang sebenarnya.

"Saya sebetulnya meminta kalau bisa kepala Polres dihadirkan di MK untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Karena MK itu adalah peradilan yang agung, jadi kesaksian itu harus benar-benar jujur, tidak berbohong," katanya.

"Kalau kepala Polres tidak bisa dihadirkan maka bisa melalui konferensi video karena MK punya jalur itu," lanjutnya.

Sutarman pun menegaskan apabila saksi Prabowo-Hatta menyampaikan keterangan palsu pada sidang MK, maka hal itu dapat menjadi tindak pidana. "Jadi jangan memberi keterangan palsu," katanya.

Sebelumnya, saksi Prabowo-Hatta untuk rekapitulasi di tingkat Provinsi Papua, Dadi Waluyo, keberatan menjelaskan suasana saat rekapitulasi.

Dia mengaku mendapatkan laporan adanya intervensi dari pihak keamanan yang meminta suara di beberapa TPS di Dogiyai ditujukan untuk pasangan nomor urut dua.

"Ada intervensi dari kepala Polres, saat kita protes waktu rekapitulasi. Ketika kami sampaikan keberatan dibilang cukup, cukup. Intervensi terjadi pada proses rekapitulasi, bukan pada tahap sebelum pemilu," ujar Waluyo.

Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014