... sudah cukup disudutkan karena warna kulit saya. Kebrutalan polisi sudah keterlaluan... "
Ferguson, Missouri (ANTARA News) - Polisi di Ferguson, Missouri, menembakkan gas air mata dan bom asap membubarkan sekitar 350 demonstran, Rabu malam; malam keempat dari demonstrasi berlatar rasial setelah seorang polisi menembak seorang remaja kulit hitam tak bersenjata hingga meninggal.

Sejumlah pengunjuk rasa melempar batu ke arah polisi sementara yang lain berlarian menyelamatkan diri. 

Asap mengepul di kawasan tempat unjuk rasa berlangsung. Sorang wartawan kantor berita Reuters melihat dua pemuda menyiapkan benda seperti bom-bom molotov di satu halte bus. 

Kedua pemuda itu menggunakan penutup wajah dan hanya bagian mata yang terlihat.

Polisi menyatakan, demonstran telah melempar bom-bom molotov ke arah polisi.

Para demonstran telah berkumpul tiap malam sejak Sabtu ketika Michael Brown, 18 tahun, ditembak hingga meninggal di kawasan St Louis, yang berpenduduk sebagian besar etnis negro.

Pemicunya menurut pihak berwajib, karena perebutan sepucuk senjata di satu mobil polisi.

Sejumlah saksi mata mengatakan saat itu Brown berada di luar mobil dengan kedua tangan diangkat.

Kepolisian telah menugaskan sejumlah personelnya yang tak berseragam tapi mengenakan baju antipeluru, termasuk seorang yang membawa senjata berdiri di atap mobil lapis baja, ke Ferguson.

"Saya merasa sudah cukup disudutkan karena warna kulit saya. Kebrutalan polisi sudah keterlaluan," kata seorang pengunjuk rasa, yang hanya memberi nama depannya, Terrel, 18 tahun. 

"Saya akan terus datang ke sini tiap malam sampai kami memperoleh keadilan."

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014