Jakarta, 14/8 (Antara) - Mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, menyesali Anas Urbaningrum terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat, karena menilai Anas tidak membantu untuk mengurus proyek-proyek yang ditangani Nazaruddin.

"Dia (Nazaruddin) menyesal Pak Anas menjadi ketua umum (Ketum) Demokrat karena Pak Anas tidak bisa diatur untuk menggolkan proyek proyeknya, justru yang banyak membantu itu yang banyak membantu itu DPR, Pak MA (Marzuki Alie)," kata mantan staf ahli Nazaruddin di DPR, Nuril Anwar, dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis.

Nuril menjadi saksi untuk terdakwa mantan ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam sidang perkara penerimaan hadiah dari sejumlah proyek-proyek pemerintah dan tindak pidana pencucian uang.

"Dari situ yang membuat hubungan Pak Nazar dan beliau (Marzuki Alie) sangat dekat, dan terakhir sebelum ke Singapura bertemu selama tiga jam di mobil, saya di depan, Bu Neneng dan Pak Nazar. Dia (Nazaruddin) menyesal karen Pak Anas tidak bisa diatur-atur padahal proyek banyak," ungkap Nuril.

Nazaruddin adalah pimpinan Anugerah atau Permai Grup yang menangani berbagai proyek pemerintah.

"Pak Nazar punya obsesi besar, salah satu cita-cita besarnya adalah dia ingin menjadi ketua umum Partai Demokrat, mungkin setelahnya (Anas) karena dia masih muda. Saya sarankan agar banyak belajar, kita belajar bareng, temen-teman kan pintar politik salah satunya Pak Anas," tambah Nuril.

Nuril pun mengaku bahwa Nazaruddin sangat mempercayai dirinya termasuk bercerita tentang berbagai proyek yang ditangani oleh Nazaruddin sebelum menjadi anggota DPR pada 2009.

"Ketika longgar kami sering diskusi banyak hal, dia (Nazaruddin) cerita main proyek lama sejak 2004, seperti proyek flu burung dan sebagainya, Dia sangat menyesal karena proyek flu burung dimenangkan Anugerah padahal seharusnya orang lain, dan Anugerah terima fee-nya saja. Pak Nazar jadi stres memikirkan KPK, polisi, kejaksaan mau bongkar proyeknya, dia merasa terancam. Ketika menjadi anggota DPR, dia terganggu secara psikologi karena proyek-proyeknya terbongkar," tegas Nuril.

Saat kongres pemilihan ketua umum Demokrat pada Mei 2010, Nuril bahkan ditugaskan oleh Nazaruddin untuk bermain di "tiga kaki" yaitu mendukung dua kandidat lain yaitu Ketua DPR, Marzuki Alie dan mantan Menpora Andi Alifian Mallarangeng

"Saya diperintah untuk main tiga kaki. Saya secara vulgar diminta ke Pak nazar di hotel Sultan. (Saya ditugaskan) untuk operasi bawah," tambah Nuril.

Nazar, menurut Nuril, adalah seorang pemrakarsa atau inisiator dalam aktivitas Partai Demokrat.

"Kalau ada hal yang kira-kira menguntungkan, Nazar ada. Apalagi ini urusan kongres partai dan ada uang banyak, dia inisiatif soal-soal keuangan," ungkap Nuril.

Meski Nuril tidak mengetahui status Anas di Anugerah atau Permai Grup, Nuril mengakui bahwa Nazar mengagumi Anas, khususnya di bidang politik.

"Pak Nazar sangat mengagumi mas Anas, Pak Nazar pengen pintar dalam ilmu politik. Pak Nazar masih muda dan butuh bantuan untuk komunikasi dengan siapa pun," jelas Nuril.

Nazaruddin sendiri seharusnya menjadi saksi dalam persidangan kali ini, tapi hingga pukul 17.00, ia belum juga tampak meski petugas KPK sudah diperintahkan untuk menjemput Nazaruddin dari Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung.

Pewarta: Desca Natalia
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014