... telah menjamin kesehatan lebih dari 126,4 juta penduduk hingga awal Agustus 2014... "
Jakarta (ANTARA News) - Dalam pidato kenegaraannya di Gedung Parlemen, Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebutkan sistem jaminan kesehatan Indonesia melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai sistem jaminan kesehatan terbesar di dunia.

Dia menyatakan itu pada pidato kenegaraan di depan Sidang Paripurna DPR/DPD menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia, sebagai bagian dari tradisi berbangsa Indonesia.

BPJS telah menjamin kesehatan lebih dari 126,4 juta penduduk hingga awal Agustus 2014. Namun hal tersebut kembali kepada masyarakat yang ingin memanfaatkan layanan jaminan kesehatan tersebut atau tidak.

Diana, suster yang bekerja di Puskesmas Kelurahan Gondangdia, Jakarta Pusat, menyayangkan masyarakat yang enggan memanfaatkan layanan kesehatan dari pemerintah tersebut.

"Kebanyakan orang memilih membayar saja. Padahal sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan. Kalau sudah ada BPJS khan tenang, tinggal bikin surat rujukan ke rumah sakit saja kalau butuh rawat inap," katanya.

Padahal Diana mengaku telah menyosialisasikan cara pendaftaran BPJS kepada masyarakat. Caranya cukup mudah yakni membuat surat pengantar RT/ RW disertai kartu keluarga yang kemudian diserahkan ke kantor kelurahan.

Jika pendaftar tidak memiliki kartu keluarga, dapat mengganti dengan akte kelahiran. Mulyati (19 tahun) yang sedang memeriksakan diri ke puskesmas kelurahan gondangdia mengaku belum memiliki BPJS.

"Saya baru tinggal di sini soalnya. Saya juga tidak tahu cara membuatnya (BPJS) dan belum tahu juga kapan mau mengurus," katanya

Namun lain halnya dengan Siti  Asmak (72 tahun). Pasien dengan penyakit diabetes ini merasa sangat terbantu dengan sistem jaminan kesehatan tersebut.

"Saya merasa BPJS sangat membantu dan sangat mudahkan saya. Periksa laboratorium yang seharusnya habis 700.000, dengan ini pembayaran nol. Obat-obat juga gratis," katanya.

Siti menunjukkan kartu berwarna hijau yang bertuliskan Program BPJS PRB (Pemeriksaan Rujuk Balik), yang berisikan data tanggal pemeriksaan dan resep obat yang biasa dia konsumsi.

"Program yang sifatnya membantu seperti ini harus diteruskan. Kita dimudahkan kalau kita tahu caranya, dan  supaya tidak ada keluhan, maka kita sendiri yang harus menyadari bahwa kita yang membutuhkan," tambahnya.
 
dr Ira Susanti Haryoso, yang sedang bertugas di Puskesmas Gondangdia, mengatakan, hampir semua pasien telah menggunakan layanan kesehatan tersebut. Namun, ia sedikit menyayangkan tidak semua informasi tentang fasilitas layanan itu diterima masyarakat.

"Mungkin masyarakat tidak tahu kalau Puskesmas bisa menangani 144 jenis penyakit dan penyakit tersebut tidak dapat dirujuk ke rumah sakit, tapi kebanyakan dari mereka hanya meminta surat rujukan ke rumah sakit, itulah yang membuat sedikit salah paham dengan pasien. Akibatnya pasien di rumah sakit membludak," katanya.

Untuk kedepannya dr Ira berharap pemerintah lebih informatif dan masyarakat dapat memanfaatkan layanan ini dengan baik.

"Harapannya fasilitas di layanan primer lebih dilengkapi lagi agar pasien tidak membludak dan lebih nyaman untuk berobat dipuskesmas. Sosialisai tentang layanan ditingkatkan juga ditingkatkan agar pemerintah, layanan kesehatan dan masyarakat dapat sinkron," katanya. 

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014