Donetsk, Ukraina (ANTARA News) - Kepala Republik Rakyat Donetsk yang diproklamirkan secara mandiri, Alexander Zakharchenko, Jumat mengatakan penduduk sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan Rusia dan menuduh Ukraina sengaja mengulur-ulur kedatangannya.

"Saat ini, republik rakyat Donetsk memiliki situasi kemanusiaan sangat buruk dan bantuan Rusia yang dikirim kepada kami, kami masih belum menerimanya, kita hanya perlu seperti pesawat," kata Zakharchenko pada penjelasan di Donetsk.

Bantuan tersebut sangat dibutuhkan oleh mereka "yang terluka, sakit, militer," kata pemimpin bermata baja dan bercelana khaki militer yang mengambil jabatan "perdana menteri" pekan lalu setelah mantan pemimpin pemberontak Alexander Borodai berhenti.

Republik pemberontak telah melihat beberapa perubahan kepemimpinan baru-baru ini, bahkan dengan komandan berpengaruh Igor Strelkov tiba-tiba menghilang dari peringkat atas.

Zakharchenko bersikeras bahwa Strelkov telah memenuhi perannya untuk membentuk tentara republik Donetsk dan sekarang berlibur setelah menyerahkan peran baru kepada serikat Novorossiya Donetsk dan republik Lugansk.

"Dia telah mengambil liburan satu bulan. Itu tidak mengherankan karena tiga bulan pertempuran di Slavyansk dibom tanpa henti, tidak setiap orang bisa bertahan seperti itu," kata Zakharchenko.

Dia mengatakan Ukraina mengulur-ulur pengiriman bantuan Rusia dengan "memimpikan" berbagai dalih dan hambatan hukum.

"Sampai hari ini sudah kritis," katanya tentang bantuan yang diparkir di hampir 300 truk 30 kilometer dari perbatasan Ukraina.

"Ini bukan hanya tentara Ukraina yang tidak ingin bantuan kemanusiaan ... tetapi juga pemerintah Ukraina dengan semua

mungkin hambatan, hukum atau sebaliknya, hanya mencegah, mencegah secara hukum yang lewat. "

"Akan lebih baik untuk membayar pajak untuk itu. Saya mengerti bahwa mereka perlu uang," katanya datar.

Dia mengatakan bahwa pemberontak telah meluncurkan kontra-maju terhadap tentara Ukraina dan membersihkan koridor antara Donetsk dan Lugansk, dua kubu pemberontak.

"Selama tiga hari pertempuran, kita menghancurkan banyak perangkat keras militer musuh dan tentaranya. Satu koridor antara republik telah dipulihkan," katanya, seraya menambahkan bahwa pemberontak berikutnya mencoba untuk mencabut blokade Lugansk, demikian AFP.

(H-AK)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014