Ferguson (ANTARA News) - Gubernur Missouri, Amerika Serikat, Jay Nixon, mengumumkan kondisi darurat dan memberlakukan jam malam di Ferguson pada Sabtu (16/8) untuk memulihkan ketertiban setelah sepekan demonstrasi rasial dan penjarahan akibat penembakan remaja kulit hitam tak bersenjata oleh polisi berkulit putih.
Jam malam akan diberlakukan mulai tengah malam sampai pukul 05.00 sampai pemberitahuan selanjutnya, kata petugas patroli jalan raya Kapten Ron Johnson, yang ditunjuk gubernur untuk mengawasi keamanan kawasan pemukiman St. Louis yang bergolak akibat penembakan Michael Brown (18) pada 9 Agustus.

"Mata dunia sedang mengawasi. Ini adalah ujian apakah suatu komunitas, komunitas ini, komunitas apapun, bisa memutus siklus ketakutan, saling tidak percaya, dan kekerasan serta mengganti semua itu dengan perdamaian, kekuatan dan juga keadilan," kata Nixon kepada orang-orang yang berkumpul di gereja dekat Ferguson.

Sejumlah orang dalam kerumunan itu marah mendengar kabar itu dan beberapa mengatakan polisi yang membunuh Brown harus dituntut dengan dakwaan pembunuhan jika ingin mengembalikan perdamaian dalam masyarakat.

Ada juga teriakan "tangan di atas, jangan tembak", frase yang menjadi seruang di Ferguson dalam sepekan terakhir.

Tapi Nixon mengatakan keamanan publik harus dilindungi. "Kami tidak akan membiarkan penjarahan dan tindakan kriminal pada malam hari, kami juga tidak akan membiarkan masyarakat hidup dalam ketakutan," kata dia.

Kerusuhan meletus setelah polisi Darren Wilson (28) menembak mati Brown sepekan lalu ketika Brown dan seorang temannya berjalan kaki menyusuri jalan menuju kompleks apartemen tempat nenek Brown tinggal.

Situasi tegang dalam sepekan dan meningkat pada Jumat petang saat pengunjuk rasa menyerbu kawasan pemukiman dan ritel yang kemudian menjadi pusat kerusuhan, menghadapkan kebanyakan demonstran kulit hitam dengan polisi yang kebanyakan berkulit putih.

Pada Sabtu lalu, orang-orang turun ke jalan sambil membawa tulisan "nyawa kulit hitam berharga" dan "Jangan tembak."

Keluarga Brown dan para pendukungnya sejak beberapa hari lalu terus meminta polisi yang menembak Brown untuk bertanggung jawab.

Departemen Kehakiman Amerika Serikat menyelidiki kemungkinan adanya pelanggaran hak sipil dakam penembakan itu dan Kepolisian St. Louis County pun menyelidiki kejadian penembakan itu.

Selama beberapa hari polisi berulang kali menolak untuk mengungkap identitas anggotanya yang terlibat dengan alasan keamanan. Namun pada Jumat Kepala Kepolisian Ferguson, Tom Jackson, akhirnya menyerah terhadap tuntutan publik dan mengidentifikasi Wilson sebagai orang yang terlibat.

Namun Jackson justru semakin menambah kemarakan warga saat dia mengatakan bahwa Brown diduga merampok toko saat dia ditembak. Ia kemudian mengatakan dalam konferensi pers bahwa ketika Wilson menembak Brown, petugas itu tidak tahu apakah remaja tersebut terlibat dalam perampokan. Tidak ada kaitan antara penembakan dan tuduhan perampokan, kata Jackson.

Pengacara Ben Crump, yang mewakili keluarga Brown, menanggapinya dengan mengatakan bahwa para anggota keluarga sangat marah karena polisi berusaha untuk "membunuh karakter korban."

Mengenai kejadian penembakan, keterangan pihak kepolisian berbeda dengan pengakuan sejumlah saksi--termasuk di antaranya adalah teman Brown, Dorian Johnson (22), yang saat itu sedang berjalan kaki dengan korban.

Menurut kepolisian, Brown sempat berkelahi dengan Wilson setelah sang polisi memintanya untuk berjalan kaki di jalur pejalan kaki dan Wilson kemudian menembak dia beberapa kali.

Sementara itu menurut Johnson dan seorang saksi lainnya, Wilson menarik Brown dari dalam mobil polisi dan sang korban berusaha melarikan diri saat hendak ditembak.

Brown saat itu mengangkat tangan untuk menyatakan diri menyerang namun sang polisi justru keluar dari mobil patroli dan menembak korban beberapa kali. (Uu.G005)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014