Saya melihat APBN memiliki ruang lebih ekspansif, dengan catatan pemerintahan baru mempunyai ruang fiskal dengan menaikkan harga BBM,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi dapat memberikan ruang fiskal yang lebih ekspansif bagi pemerintahan baru untuk melaksanakan program serta menjalankan visi dan misi.

"Saya melihat APBN memiliki ruang lebih ekspansif, dengan catatan pemerintahan baru mempunyai ruang fiskal dengan menaikkan harga BBM," katanya di Jakarta, Selasa.

Chatib mencontohkan apabila pemerintahan baru memiliki inisiatif dengan menyesuaikan harga BBM bersubsidi hingga Rp2.000 per liter, maka pemerintahan baru mempunyai dana tambahan Rp96 triliun yang dapat dialokasikan untuk belanja infrastruktur.

Selain itu, defisit anggaran dipastikan dapat ditekan hingga kisaran 1,5 persen terhadap PDB, atau lebih rendah dari defisit anggaran yang diproyeksikan pemerintah dalam RAPBN 2015 sebesar 2,32 persen terhadap PDB.

"Kalau harga BBM naik, maka defisit bisa turun. Misalkan kalau naik Rp2.000, berarti savingnya Rp96 triliun. Bila APBN kita PDBnya 10 ribuan maka defisitnya bisa turun hingga satu persen," jelas Chatib.

Chatib bahkan memprediksi penyesuaian harga BBM bersubsidi dengan harga yang diperkirakan sebesar Rp2.000 per liter tersebut, tidak akan menyumbang kontribusi laju inflasi yang terlalu besar, dari yang diproyeksikan pemerintah.

"Misalkan harga BBM naik tambahan Rp2.000, inflasinya 3,6 persen - 3,9 persen. Kalau proyeksinya inflasi 4,4 persen dalam RAPBN, ini masih aman," ujarnya.

Namun, ia memastikan keseluruhan program pemerintahan baru hanya bisa diimplementasikan dalam APBN-Perubahan, karena pemerintahan saat ini menyusun RAPBN 2015 berdasarkan "baseline budget", menggunakan program Kementerian Lembaga yang sudah ada.

"Kementerian Lembaga hanya menjalankan program yang sudah ada, karena ini sangat basic. Tapi ada kemungkinan fraksi (dari pemerintahan terpilih) bisa memasukkan visi misi dalam pembahasan RAPBN 2015 di parlemen," katanya.

Pemerintah menetapkan asumsi makro dalam RAPBN 2015 antara lain pertumbuhan ekonomi 5,6 persen, inflasi 4,4 persen, suku bunga SPN 3 bulan 6,2 persen, nilai tukar rupiah Rp11.900 per dolar AS, harga ICP minyak 105 dolar AS per barel, lifting minyak 845 ribu barel per hari dan lifting gas 1.248 ribu barel setara minyak per hari.

Berdasarkan basis kebijakan fiskal dan asumsi dasar makro tersebut, maka pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.762,3 triliun dan belanja negara Rp2.019,9 triliun, sehingga defisit anggaran 2015 diproyeksikan sebesar Rp257,6 triliun atau 2,32 persen terhadap PDB.

(S034/R010)

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014