PBB, New York (ANTARA News) - Komisaris Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia Navi Pillay, Jumat, mengatakan lebih dari 191.000 orang telah tewas di Suriah antara Maret 2011, ketika krisis Suriah meletus, hingga akhir April tahun ini.

Ia mengatakan pertempuran yang berkecamuk di sana "telah luput dari radar internasional".

"Navi Pillay mengatakan keterangan mengenai jumlah itu yang disiarkan oleh kantornya, dua kali lipat lebih dari jumlah yang didokumentasikan setahun lalu," kata Juru Bicara PBb Stephane Dujarric dalam taklimat harian di Markas PBB, new York.

"Namun, ia mengatakan, tragisnya, jumlah baru tersebut barangkali lebih rendah jumlah sesungguhnya orang yang tewas," katanya.

"Ibu Pillay mengatakan ia sangat menyesal bahwa, akibat terjadinya demikian banyak konflik bersenjata, pertempuran di Suriah dan dampaknya atas jutaan warga sipil telah luput dari radar internasional," kata Dujarric.

Ia mengatakan "sungguh memalukan" bahwa kesulitan yang dialami demikian banyak orang tak lagi menarik perhatian, dan membiarkan itu berlanjut tanpa akhir, sehingga mempengaruhi tetangganya --Irak dan Lebanon, demikian laporan Xinhua.

"Para pembunuh, penghancur dan penyiksa di Suriah telah bertambah kuat dan berani akibat kelumpuhan internasional," kata Navi Pillay.

Jumlah tersebut diperoleh melalui pemeriksaan silang daftar gabungan dari 318.910 pembunuhan yang dilaporkan, yang sepenuhnya diidentifikasi melalui nama korban, serta tanggal dan lokasi kematian.

Menurut kantor Pillay, setiap pembunuhan yang dilaporkan yang tidak termasuk di dalam ketiga unsur itu tidak dimasukkan.

Daftar tersebut disusun dengan menggunakan data dari lima sumber berbeda, tiga di antaranya telah melaporkan pembunuhan sepanjang masa tiga tahun penuh dan dua sumber lainnya --termasuk Pemerintah Suriah-- hanya mencakup sebagian masa itu.

Catatan mengenai pembunuhan yang dilaporkan dibandingkan guna mengidentifikasi duplikasi, hasil akhirnya terdapat 191.369 catatan unik mengenai kematian yang berkaitan dengan konflik hingga 30 April 2014.

Hampir 52.000 pembunuhan lain yang dilaporkan tidak berisi informasi yang memadai untuk diperhitungkan, kata studi tersebut. Penulis laporan itu mengatakan ada "kemungkinan kuat" bahwa banyak pembunuhan mungkin tak dilaporkan sama sekali.

Kebanyakan korban yang dicatat adalah lelaki, dan hampir 9,3 persen perempuan. Selain itu, daftar tersebut memasukkan 8.803 anak kecil, termasuk 2.165 anak yang berusia di bawah 10 tahun.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014