Bangui, Republik Afrika Tengah (ANTARA News) - Republik Afrika Tengah mengumumkan pemerintah barunya, Jumat, koalisi luas termasuk wakil dari kelompok bersenjata berseteru, setelah pertempuran baru di antara milisi bertikai menewaskan sedikit-dikitnya delapan orang.

Perdana Menteri Mahamat Kamoun, yang diangkat pada awal bulan ini, mempunyai tugas membawa kelompok pemberontak kembali ke arus utama untuk berusaha mengakhiri kekerasan suku dan agama, yang melanda negara itu.

Dalam petempuran terbaru, setidaknya delapan orang tewas ketika kelompok-kelompok bersenjata terlibat bentrok Rabu dan Kamis di daerah Boda, di tenggara, kata pasukan perdamaian Afrika MISCA.

"Baku tembak ini terjadi setelah tewasnya seorang anak laki-laki Muslim berusia 14 tahun ... dan saorang warga Muslim lainnya yang sedang mencari kayu bakar," kata seorang perwira MISCA kepada AFP, Jumat.

Menurut satu pengumuman resmi yang dibacakan di radio nasional, kabinet baru itu terdiri atas 27 menteri dan dua wakil.

Kendati beberapa menteri adalah bagian pemerintah lama, kelompok itu juga termasuk tiga wakil dari kelompok Seleka Muslim dan dua dari missi anti-balaka yang mayoritas Kristen.

Komandan pasukan perdamaian PBB untuk negara itu Babacar Gaye, mendesak bagi pembentukan pemerintah baru untuk memimpin negara itu keluar dari konflik dan menyelenggarakan pemilu.

Pemerintah sebelumnya mengundurkan diri setelah pendatanganan satu perjanjian gencatan senjata Juli.

Perang berbulan-bulan di negara miskin dan tidak stabil itu menyebabkan ribuan orang tewas dan mekitar satu juta orang mengungsi.

Negara-negara Prancis dan Uni Afrika menggelar pasukan Desember, sembilan bulan setelah aliansi Seleka menggulingkan presiden Francois Bozize dan menempatkan seorang pemimpin mereka, Michel Djotodia, menjadi presiden negara itu.

Djotodia mengundurakan diri Januari atas tekanann internasional karena gagal menghentikan aksi kekejaman terhadap para warga sipil oleh kelompok gerilyawan yang berhalan keras, yang juga menyebabkan munculnya relawan anti-balaka dari kelompok Kristen di negara yang berpenduduk mayoritas Kristen itu, melakukan balas dendam terhadap para warga Muslim.

Seorang pekerja rumah sakit, Kamis mengatakan lima orang tewas pekan ini dalam baku tembak antara milisi bersenjata dan pasukan perdamaian Prancis di Bangui.


"Asset utama saya tidak hanya memiliki pasukan tetapi juga memilki satu pendekatan menyeluruh bagi perlindungan para warga sipil dan stabilisasi negara itu," kata Gaye kepada wartawan setelah memberikan laporan kepada dewan keamanan PBB.

(H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014