Jakarta (ANTARA News) - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin disebut membentuk Gen SBY yaitu Generasi Susilo Bambang Yudhoyono untuk mendukung Anas Urbaningrum menjadi Presiden 2014.

"Saya bacakan dalam keterangan Anda menyebutkan pernah di (kawasan) Kasablangka membuat organisasi Gen SBY yaitu Generasi SBY. Ada beberapa kali pertemuan tapi calon ketuanya mas Anas, Sekjennya mas Nazar, nama saya juga dimasukkan. Pada saat meeting memang tidak pernah mengatakan mas Anas jadi presiden, tapi di luar meeting Nazar mengatakan Kak ini untuk mas Anas 2014 tapi sekarang kita pakai untuk dukung SBY jadi presiden," kata jaksa Ahmad Burhanuddin membacakan berita acara pemeriksaan (BAP) saksi notaris Bertha Herawati dalam sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin.

Bertha bersaksi untuk terdakwa mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam sidang perkara penerimaan hadiah dari sejumlah proyek pemerintah dan tindak pidana pencucian uang.

"Saya diminta mas Anas untuk maju sebagai ketua PDRI yaitu Perempuan Demokrat Republik Indonesia. Tapi saya tidak mau karena masih ada ibu Budi. Tapi mas Anas mengatakan saya butuh ibu yang masih enerjik untuk mendukung saya dalam Pemilu 2014. Apakah itu benar?" tanya jaksa Burhanuddin.

"Iya," jawab Bertha.

Untuk mendukung Anas, Nazar juga membeli perusahaan Hotline Advertising.

"Perusahaan sudah persiapan, sudah ada beberapa pegawai di kantor, ada bu Yulianis direktur keuangan PT Anugerah, ada Iwan, ada Baskoro, ada beberapa pegawai yang duduk di sana," ungkap Bertha.

Mantan pemilik PT Hotline tersebut, Subiakto, menyatakan juga akan membantu Anas untuk pemenangan presiden.

"Pak Subiakto mengatakan ini akan bantu Anas untuk pemenangan presiden dan yang saya ingat mas Anas kita poles dulu penampilan mas Anas harus bagus, khususnya mohon maaf ya mas, giginya dibersihkan dulu, karena menurut Pak Bi, dia yang menyukseskan Pak Fauzi Bowo saat jadi gubernur, sampai kumis-kumisnya," ungkap Bertha.

Bertha juga mengaku kerap menolong Nazar membuat akte perusahaan, hanya saja Nazar mengaku perusahaan-perusahaan itu adalah milik Anas.

"Nazar kalau konsultasi ke saya bilang ooh nanti aku tanya mas Anas dulu kak. Saat saya katakan dia muda dan sukses malah menyampaikan bahwa Kau ini apalah kak, ini punya mas Anas, aku cuma disuruh kerja saja," ungkap Bertha.

Anas dalam perkara ini diduga menerima "fee" sebesar 7-20 persen dari Permai Grup yang berasal dari proyek-proyek yang didanai APBN dalam bentuk 1 unit mobil Toyota Harrier senilai Rp670 juta, 1 unit mobil Toyota Vellfire seharga Rp735 juta, kegiatan survei pemenangan Rp478,6 juta dan uang Rp116,52 miliar serta 5,26 juta dolar AS dari berbagai proyek.

Uang tersebut digunakan untuk membayar hotel-hotel tempat menginap para pendukung Anas saat kongres Partai Demokrat di Bandung, pembiayaan posko tim relawan pemenangan Anas, biaya pertemuan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) serta pemberian uang saku kepada DPC, uang operasional dan "entertainment". Biaya pertemuan tandingan dengan Andi Mallarangeng, road show Anas dan tim sukesesnya pada Maret-April 2010, deklarasi pencalonan Anas sebagai calon ketua umum di Hotel Sultan, biaya "event organizer", siaran langsung beberapa stasiun TV, pembelian telepon seluler merek Blackberry, pembuatan iklan layanan masyarakat dan biaya komunikasi media.

Anas juga diduga melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU harta kekayaannya hingga mencapai Rp23,88 miliar.  (D017/T007)

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014