Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah tiga poin menjadi Rp11.710 per dolar AS dari posisi terakhir sebelumnya Rp11.707 per dolar AS.

"Sentimen kenaikan suku bunga AS (Fed Rate) masih menopang mata uang dolar AS untuk kembali terapresiasi terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah," kata pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Rully Nova.

Menurut dia, pekan ini permintaan dolar AS masih akan mendominasi di pasar uang dalam negeri karena faktor penggerak rupiah setelah Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 cukup minim.

"Saat ini belum ada sentimen yang mendorong rupiah untuk bergerak menguat, pelaku pasar cenderung menanti susunan kabinet pemerintahan yang baru," ujarnya.

Ia mengemukakan, pelaku pasar uang di dalam negeri mengharapkan susunan kabinet baru diisi oleh orang-orang kompeten di bidangnya.

"Sejauh ini, susunan kabinet bayangan yang beredar cukup positif, sehingga tekanan rupiah pun menjadi terbatas," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi global yang masih melambat membuat aset mata uang kategori safe haven masih diminati untuk menjaga nilai.

"Permintaan dolar AS yang masih mendominasi, maka mata uang di negara-negara berkembang cenderung tergerus," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014