Secara teknis untuk skala lab (laboratorium) obat (antikanker) sudah bisa dibuat."
Bogor, Jawa Barat (ANTARA News) - Senyawa sintesis dari mikroba untuk antikanker yang berhasil dikembangkan para peneliti pada Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memasuki tahap uji klinis.

"Hasil uji praklinis sudah selesai, harapannya segera selesaikan uji klinis, tapi biayanya besar. Kelihatannya kita harus cari mitra," kata peneliti utama pada Pusat Penelitian Kimia LIPI Profesor Dr Sci Muhammad Hanafi disela-sela perayaan HUT LIPI ke-46 di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Uji klinis, ia mengatakan terdiri dari beberapa fase sebelum akhirnya siap untuk diproduksi. Biasanya butuh waktu empat hingga lima tahun lagi sampai tahap uji klinis selesai dan bisa sampai pengembangan untuk pemasaran.

"Secara teknis untuk skala lab (laboratorium) obat (antikanker) sudah bisa dibuat," ujar dia.

Obat antikanker yang juga merupakan antibiotik dikembangkan para peneliti LIPI dari mikroba dan tumbuhan. Namun, menurut dia, baru yang berasal dari mikroba yang sudah bisa dibuatkan sintesisnya sehingga bisa masuk skala produksi.

"Yang sudah memungkinkan diproduksi masal memang yang dari mikroba. Kalau dari tumbuhan belum bisa dibuat sintesisnya," ujar Hanafi.

Dari hasil uji praklinis senyawa antikanker yang dikembangkan para peneliti LIPI ini, ia mengatakan mampu mereduksi sel kanker 40 persen. Hasilnya juga mampu menghambat pertumbuhan sel kanker tersebut.

"Masih perlu dikurangi tingkat toksiknya, supaya tingkat keberhasilannya semakin baik. Kita butuh kerja sama untuk terus mengembangkannya, dananya besar, secara internasional dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan antibiotik dari tahap awal sampai jadi obat bisa satu juta dolar AS," ujar dia.

Peneliti utama Pusat Penelitian Kimia LIPI Linar Zalinar Udin M.S. yang juga masuk dalam tim mengembangkan obat antibiotik yang juga sebagai antikanker ini mengatakan uji praklinis dilakukan dengan dicobakan secara oral pada tikus-tikus yang sebelumnya diberi sel kanker. Hasilnya, sel kanker menunjukkan penurunan.

Beberapa inventor dari proses pembuatan antibiotik dan antibiotik yang diperoleh dari proses tersebut antara lain Profesor Dr Sci Muhammad Hanafi, Dr Leonardus Broto Sugeng Kardono Ph.D, Dr Linar Zalinar Udin M.S, Tjandrawati M.Es.Sc.DU., Ir H Roy Heru Trisnamurti M.Sc (alh).

Sedangkan untuk inventor dari Ester Kalanon untuk obat antikanker usus dan leukemia antara lain Profesor Dr Sci Muhammad Hanafi, Dr Leonardus Broto Sugeng Kardono Ph.D, Dr Linar Zalinar Udin M.S, dan Andrianopsyah Mas Jaya Putra M.Sc. (V002/R010)

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014