Naiknya suku bunga AS berdampak cukup negatif bagi pasar negara berkembang
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore melemah sebesar 25 poin menjadi Rp11.694 dibandingkan sebelumnya Rp11.669 per dolar AS.

"Penggerak pasar keuangan di dalam negeri masih minim sehingga mata uang rupiah kembali berada di area negatif, namun fluktuasinya masih stabil," kata Pengamat Pasar Uang dari Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, belum adanya kepastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi membuat pelaku pasar keuangan mengambil posisi menunggu.

"Dalam posisi menunggu itu pelaku pasar uang cenderung memilih dolar AS dalam transaksinya," ucapnya.

Di sisi lain, lanjut dia, sebagian pelaku pasar uang juga mencemaskan kenaikan suku bunga AS (Fed rate) yang diperkirakan lebih cepat menyusul beberapa data ekonomi AS menunjukan perbaikan.

"Naiknya suku bunga AS berdampak cukup negatif bagi pasar negara berkembang," katanya.

Analis pasar uang Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengharapkan dalam waktu dekat ada kepastian jadwal kenaikan harga BBM subsidi sehingga arah pergerakan rupiah terlihat.

"Sebenarnya, persepsi pelaku pasar di dalam negeri masih positif, namun ketidakpastian kebijakan dapat berdampak negatif bagi fluktuasinya," ujarnya.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Kamis ini (28/8), tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp11.682 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.708 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014