Juba (ANTARA News) - Sudan Selatan yang dikoyak perang kemungkinan menghadapi bencana kelaparan awal tahun depan, kata Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa di negara itu memperingatkan Kamis, saat pekerja bantuan mengatakan penembakan jatuh satu helikopter PBB mengancam upaya menyelamatkan nyawa.

"Kita semua bekerja sangat keras untuk mencegah kelaparan ... tetapi saya sangat khawatir bahwa kita tidak akan dapat mencegahnya," kata kepala bantuan PBB di Sudan Selatan, Toby Lanzer, kepada wartawan.

Ribuan orang tewas dan lebih dari 1,8 juta telah melarikan diri dari satu perang saudara yang dipicu oleh perebutan kekuasaan antara Presiden Salva Kiir dan wakilnya yang dipecat Riek Machar.

"Penyebab terbesar tunggal jika ada bencana kelaparan adalah kegagalan kepemimpinan politik untuk menyelesaikan krisis ini," kata Lanzer.

Kelaparan, jika dinyatakan, bisa diharapkan pada akhir 2014 atau "mungkin" pada awal 2015, ia menambahkan.

Dewan Keamanan PBB mengatakan, helikopter kargo PBB Mi-8 telah jatuh Selasa oleh "serangan" yang menewaskan tiga anggota awak Rusia dan melukai lainnya, tetapi tidak mengatakan pihak mana yang harus disalahkan.

Helikopter kargo PBB sangat penting untuk memasok basis penjaga perdamaian dan menyediakan makanan bagi warga sipil.

Lanzer mengatakan bahwa semua penerbangan ke kota minyak utara Bentiu, telah ditangguhkan setelah kecelakaan itu, saat para peneliti meneliti kotak hitam perekam data penerbangan.

"Jika jenis ancaman terus berlangsung, layanan kami akan berhenti di Bentiu," kata Wendy Taeuber, yang mengepalai Komite Penyelamatan Internasional (IRC) di negara itu, kepada AFP.

"Helikopter adalah satu-satunya cara masuk dan keluar bagi staf dan persediaan."

Tentara dan pemberontak keduanya saling menuduh atas serangan itu, yang memecahkan kesepakatan gencatan senjata usia sehari, keempat dalam delapan bulan perang.

Lebih dari 45.000 warga sipil yang berlindung di kamp PBB di Bentiu saja, dan sekitar lebih dari 100.000 warga sipil melarikan diri ke pangkalan PBB dari konflik.

Kelaparan menyiratkan bahwa setidaknya 20 persen rumah tangga menghadapi kekurangan makanan ekstrim, ada kekurangan gizi akut di lebih dari 30 persen orang, dan dua kematian per 10.000 orang setiap hari, menurut definisi PBB, demikian AFP.
(H-AK)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014