Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy mengatakan, almarhum Profesor Dr Suhardi, ketua umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang meninggal dunia, Kamis (28/8) malam, merupakan tokoh bersahaja.

"Dengan terengah-engah sosok bersahaja itu turun dari ojek yang mengantarkannya dari Terminal Bus Kampung Rambutan ke Bandara Halim Perdana Kusuma. Sosok yang baru meninggalkan kita selamanya itu, adalah Profesor Suhardi atau sering saya menyebutnya, Pak Hardi," kenang Romahurmuziy.

Suhardi, Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada tersebut meninggal dunia Kamis malam, setelah dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta.

Romahurmuziy pun bercerita, hari itu sekitar awal Ramadhan 1435 H, dirinya bersama Suhardi yang tergabung dalam Koalisi Merah-Putih (KMP), terjadwal mendampingi Hatta Rajasa berkampanye ke NTB dilanjutkan ke NTT.

Nama Pak Hardi ada dalam list (daftar, red), namun info panitia, beliau hari sebelumnya tengah kampanye di Jateng. Mengingat awal Ramadhan biasanya memang KA ke Jakarta penuh orang kembali dari nyadran (ziarah makam), maka jadilah Pak Hardi naik bus malam, turun Purwokerto, naik lagi turun di Cirebon.

"Melihat pakaian putih beliau yang lusuh, saya tanyakan, Pak Hardi kok seperti kehujanan?" tanya Romahurmuziy.

"Betul mas, dua kali waktu nyegat bus di Tegal," jawab Suhardi kala itu.

Itulah, salah satu kenangan Romahurmuziy terhadap sosok Profesor Suhardi.

"Sosok bersahaja, rendah hati, pekerja keras, egaliter, ketua umum partai yang tengah menanjak yang hampir selalu tanpa ajudan, namun penuh dengan ilmu dan kearifan," katanya.

Ia menambahkan, tidak jarang sikap keingintahuan Suhardi yang sudah guru besar itu dengan mudah menanyakan atas apa yang beliau tidak tahu. Keteguhan Suhardi juga turut menyumbang tersemangatinya soliditas KMP.

Saat kampanye di Solo, dengan fasih Suhardi uraikan filosofi kepemimpinan Jawa yang didasarkan atas asta brata atau delapan keteladanan. Hal itu menggambarkan luasnya wawasan yang bukan hanya melulu di bidang kehutanan yang beliau geluti.

"Kini sosok pendiam yang teguh pendirian itu telah tiada. Namun kebersahajaannya yang semakin langka dari wajah politik nasional, akan terus bernilai. Selamat jalan profesor, semoga jalanmu dilapangkan-Nya," kata Romahurmuziy.

Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014