Taipei (ANTARA News) - Kegiatan keagamaan dianggap menjadi kesempatan paling efektif untuk mewadahi para tenaga kerja Indonesia di Taiwan di sela-sela kesibukan bekerja.

"Kalau tidak di masjid seperti sekarang, kami bisa bertemu dengan kawan-kawan lain melalui majelis taklim atau kegiatan lainnya," kata Huda (24), TKI asal Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, yang ditemui usai shalat Jumat di Masjid Agung (Grand Mosque) Taipei, Jumat.

Pria yang bekerja di perusahaan elektronik di Taipei sejak 1,5 tahun yang lalu itu juga bisa bertemu dengan rekan-rekannya sesama TKI setiap bulan sekali melalui kegiatan keagamaan.

"Kebetulan kami punya kegiatan Yasinan (membaca Surat Yasin secara bersama-sama) setiap akhir bulan. Yang ikut Jamaah Yasinan ini, rekan-rekan kami asal Indonesia," ujar Huda yang berasal dari Desa Tanjung, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung, itu.

Menurut dia, pihak perusahaan sama sekali tidak keberatan dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan para pekerja asal Indonesia. "Mereka malah mendukung. Kegiatan itu kami gelar di mess perusahaan," kata Taufik (26), sejawat Huda, yang berasal dari Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menambahkan.

Sementara itu, Sunarti (45), TKI asal Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mengaku hanya bisa bertemu dengan rekan-rekan sejawatnya saat shalat Jumat di Taipei Grand Mosque.

Ia tidak pernah melewatkan shalat Jumat di masjid terbesar di Ibu Kota Taiwan itu lantaran perempuan asal Ceraken, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek, itu harus mengantarkan majikannya, Jinsang (83).

"Keluarga majikan kami semuanya Muslim. Setiap Jumat atau Minggu, nenek selalu mengajak kami ke sini," kata Sunarti yang tinggal bersama Jinsang di kawasan Yongha, Taipei.

Sudah sembilan tahun perempuan yang memiliki seorang putra di Trenggalek itu mendampingi Jinsang. "Saya merasa nyaman dengannnya," ujar Jinsang saat dibantu Sunarti melepas baju muslimnya karena tak tahan dengan cuaca di Taiwan yang mencapai 38 derajat Celcius.

Meskipun sudah pikun, Jinsang tak pernah lupa untuk menjalani shalat Jumat. Padahal bagi kaum muslimah, shalat Jumat bukan suatu kewajiban layaknya kaum muslim.

Khutbah shalat Jumat di Taipei Grand Mosque disampaikan dalam dua bahasa, yakni bahasa Mandarin dan bahasa Inggris, masing-masing memakan waktu 30 menit.

Walau begitu, semua informasi yang tertera di papan pengumuman dalam areal masjid yang berlokasi di kawasan padat lalu lintas, Shinshang South Road Section 2, Taipei, itu juga menggunakan bahasa Indonesia.

(M038/M026)

Pewarta: M Irfan Ilmie
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014