Damaskus (ANTARA News) - Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Minggu mengatakan bahwa memerangi aksi teror adalah tantangan utama bagi pemerintah baru di negeri itu, demikian laporan kantor berita resmi Suriah, SANA.

Bashar mengeluarkan pernyataan tersebut selama upacara peresmian pemerintah yang baru dibentuk, dan Presiden Suriah itu memuji patriotisme pasukan pemerintah serta "prestasi luar biasa mereka".

Ia juga menekankan memerangi aksi teror harus berjalan berdampingan dengan mencapai rekonsiliasi nasional, yang kini dilaksakan oleh militer Suriah dan gerilyawan di banyak daerah.

Ia menggarisbawahi perlunya rekonsiliasi nasional setelah bertahun-tahun kerusuhan guna memastikan layanan dan kebutuhan dasar buat rakyat.

Pekan lalu, Bashar mengeluarkan dekrit untuk membentuk pemerintah baru di bawah pimpinan Perdana Menteri petahana Wael Al-Halqi.

Dalam pemerintah baru tersebut, 19 menteri masih tetap memangku jabatan, termasuk Menteri Pertahanan Fahed Jassem, Menteri Luar Negeri Walid Al-Moallem dan Menteri Dalam Negeri Mohammad Shaar, ditambah 15 pejabat senior baru.

Bashar telah menambah satu kementerian baru, Kementerian Pembangunan Adminstrasi, yang dipercayakan kepada Hassan Nouri --yang bersaing melawan Bashar dalam pemilihan presiden belum lama ini, demikian laporan Xinhua.

Pembentukan pemerintah baru tersebut telah dikecam oleh kelompok oposisi yang berpusat di dalam negeri sebagai "bukan sesuatu yang baru", sebab semua kementerian utama telah mempertahankan para pemimpin mereka.

Bashar diambil sumpahnya pada 16 Juli, setelah menang untuk masa jabatan ketiga dalam pemilihan presiden paling akhir di negeri itu. Undang-Undang Dasar Suriah menetapkan pembentukan pemerintah baru setiap masa jabatan presiden baru.

Sementara itu satu kelompok petempur gerilyawan telah menyerbu Kedutaan Besar AS di Tripoli, sementara pertempuran sengit masih berkecamuk di pinggiran ibu kota Suriah tersebut, kata satu sumber keamanan pada Minggu.

Sumber itu mengatakan anggota Fajar Suriah telah menerobos ke dalam kompleks kedutaan besar tersebut dan menduduki bangunan utamanya. Beberapa saksi mata mengatakan mereka melihat gerilyawan berenang di kolam di kompleks itu, sementara seorang komandan dari kelompok bersenjata tersebut mengkonfirmasi petempur mereka telah "mengamankan" kedutaan besar itu.

Kedutaan Besar AS sudah mengungsikan semua personelnya pada akhir Juli, saat pertempuran sengit antaa kelompok gerilyawan bersenjata dan anggota milisi pro-sekuler telah berkecamuk di ibu kota Suriah.

Duta Besar AS untuk Libya Deborah L. Jones pada Minggu mengirim pesan di akun pribadinya di Twitter bahwa perempuan pejabat itu telah melihat satu rekaman video mengenai situasi di dalam kompleks Kedutaan Besar AS. Rekaman tersebut tampaknya dibuat di "satu tempat tinggal di samping misi AS itu tapi Deborah L. Jones, yang kini berada di Malta, tak bisa mengatakan secara pasti sebab ia tak berada di sana.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014