Walaupun demikian, tidak berdampak pada ketersediaan pangan masyarakat.
Kupang (ANTARA News) - Sebanyak 10 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami krisis air akibat berkurangnya debit air pada musim kemarau ini.

"Walaupun demikian, tidak berdampak pada ketersediaan pangan masyarakat. Kondisi stok pangan masyarakat masih tersedia cukup," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKP2) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Hadji Husen, melalui Kepala Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Silvya Peku Djawang, Selasa.

Dia menyebutkan 10 kabupaten yang telah melaporkan krisis kekeringan air pada musim kemarau ini, yaitu Kabupaten Lembata, Flores Timur, Ende, Nagekeo, Alor, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sabu Raijua, dan Kabupaten Kupang.

Menurut Silvya, kondisi kekerangan yang dimaksud dalam laporan dari 10 kabupaten ini, lebih berkaitan pada berkurangnya pasokan air bersih yang akan dimanfaatkan untuk sumber pertanian dan juga sumber air baku dalam rumah tangga.

Dengan demikian, lanjut dia, laporan tersebut tidak ada kaitan dengan bencana kekeringan yang berdampak pada produktivitas pertanian dan hasilnya.

"Laporan ini tidak pada aspek kekeringan yang berdampak pada gagal tanam dan gagal panen," katanya menegaskan.

Dia mengatakan, untuk aktivitas tanam di paruh kedua musim tanam tahun ini, yang berada pada musim kemarau ini, tidak terlampau banyak dilakukan petani di seluruh wilayah ini.

Karena laporannya lebih pada krisis ketersediaan air, menurut Silvya, kewenangan untuk penyelesaian berada pada Dinas Pekerjaan Umum (PU). Sebab, penanganan irigasi menjadi tugas pokok dan fungsi instansi teknis tersebut.

Menyinggung soal ketersediaan pangan, Silvya mengatakan, "Masih mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat selama empat bulan ke depan. Bahkan, untuk varietas jagung, ketersediaan akan mencapai satu tahun ke depan."

(KR-YHS)

Pewarta: Yohanes Adrianus
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014