Kami mendesak pemerintah Israel untuk membatalkan keputusan itu.
Washington (ANTARA News/AFP) - Amerika Serikat mendesak Israel untuk memikirkan kembali rencana mereka untuk merampas tanah milik Palestina seluas 400 hektare di Bethelhem, Tepi Barat.

Israel terus menghadapi tekanan internasional pada Senin, selain AS, PBB, dan juga Mesir mendesak Israel memikirkan kembali rencana yang diumumkan hanya beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Palestina tercapai.

Menurut pihak militer Israel, rencana perampasan tanah itu merupakan keputusan politik setelah pembunuhan tiga pemuda Yahudi di wilayah yang sama--dikenal oleh komunitas Yahudi dengan nama Gush Etzion--pada Juni lalu.

"Rencana ini kontraproduktif bagi tujuan Israel untuk menciptakan solusi dua negara dengan Palestina," demikian kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

"Kami mendesak pemerintah Israel untuk membatalkan keputusan itu," kata dia.

Kebijakan perluasan pemukiman dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di wilayah yang rencananya akan menjadi bagian dari masa depan negara Palestina adalah kebijakan yang dinilai ilegal oleh Uni Eropa.

Amerika Serikat sendiri mengatakan langkah tersebut sebagai "halangan bagi terciptanya perdamaian."

Kecaman juga muncul dari Amnesti Internasional yang menyatakan bahwa rencana terbaru Israel merupakan "perampasan tanah terbesar di wilayah Palestina sejak 1980."

"Strategi Israel untuk merampas tanah secara ilegal untuk tujuan pemukiman di Tepi Barat harus segera dihentikan untuk selamanya," kata kepala Amnesti Internasional Phillip Luther.

(G005)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014