Sorong (ANTARA News) - Warga Sorong, Papua Barat, terpaksa mengentre hingga dua hari untuk bisa mendapatkan solar menyusul diberlakukannya pembatasan bahan bakar bersubsidi mulai 1 Agustus lalu.

Dari pantauan ANTARA di Jalan Ahmad Yani, Sorong, Selasa, tampak antrean kendaraan mengular hingga sekitar 1 kilometer.

Seorang warga Sorong bernama John (46) mengatakan bahwa dirinya sudah mengantre selama dua hari hanya untuk mengisi penuh tangki kendaraannya.

"Kalau tidak antre bakal tidak dapat solar. Soalnya SPBU dibuka dalam waktu terbatas yaitu mulai pukul 08:00 WITA dan ditutup pukul 16:30 WITA. Di luar itu tidak beroperasi," kata Jhon.

Untuk itu Jhon berharap Pemda Sorong bersama Pertamina dapat mencari solusi soal kelangkaan solar tersebut.

Sementara Roby (37 tahun) warga lainnya mengaku prihatin atas kondisi yang dihadapi masyarakat.

"Pembatasan ini membuat masyarakat semakin tersiksa karena mempengaruhi aktivitas. Bayangkan kami harus antre berhari-hari. Saya antre sejak jam 03:00 WITA. Tapi terkadang ketika akan mengisi tiba-tiba ada pengumuman solar sudah habis," ujar Roby.

Ia mengakui, di wilayah Kota Sorong hanya terdapat empat unit SPBU, namun satu di antaranya tidak lagi menjual solar karena minimnya pasokan.

Terkait kebijakan pembatasan tersebut, ia mengatakan sangat tidak adil karena masyarakat hanya ingin membeli sesuai kebutuhan.

"Kalau kasusnya seperti ini, lebih baik saja harga BBM dinaikkan, tapi pasokan terjamin. Berapapun harganya tidak masalah asalkan ada barangnya," tegasnya.

Harga solar bersubsidi yang dijual di SPBU wilayah itu tetap sebesar Rp5.500 per liter.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014