London (ANTARA News) - Para ilmuwan dari Inggris dan Finlandia menemukan cara untuk menghasilkan propana menggunakan bakteri E.coli yang banyak ditemukan dalam usus manusia dan menyatakan temuan itu merupakan satu langkah menuju produksi bahan bakar komersial yang suatu hari bisa menjadi alternatif dari bahan bakar fosil.

Dalam hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, Selasa, tim peneliti dari dari Imperial College London dan University of Turku di Finlandia menggunakan Escherichia coli atau E.coli untuk menyela proses biologi yang mengubah asam lemak menjadi membran sel.

Para peneliti menggunakan enzim untuk menyalurkan asam lemak dalam jalur biologi yang berbeda sehingga bakteri itu menghasilkan propana terbarukan yang siap digunakan alih-alih membran sel.

Patrik Jones dari Department of Life Sciences pada Imperial College London, yang terlibat dalam penelitian itu, mengatakan tingkat propana yang dihasilkan oleh timnya sekarang seribu kali lebih rendah daripada yang akan diperlukan untuk mengubahnya menjadi produk komersial, jadi sekarang mereka bekerja memperbaiki prosesnya.

"Saat ini, kami belum sepenuhnya memahami bagaimana tepatnya molekul bahan bakar terbentuk, jadi sekarang kami berusaha menemukan bagaimana sebenarnya proses ini berjalan. Saya berharap lima sampai sepuluh tahun lagi kami bisa mencapai proses yang secara komersial layak yang akan secara berlanjut memenuhi kebutuhan energi kita," katanya.

"Meski kami hanya memproduksi dalam jumlah yang sangat sedikit sejauh ini, tapi bahan bakar yang kami hasilkan siap digunakan pada mesin," kata Jones.

Dia mengatakan sementara pekerjaan itu masih pada tahap sangat awal, mungkin 5-10 tahun dari titik dimana produksi komersial memungkinkan, temuan timnya merupakan bukti konsep jalan menghasilkan energi terbarukan.

Propana adalah bahan bakar bersih karena kandungan karbonnya rendah. Dalam bentuk terkininya, propana merupakan penyusun gas cair (Liquid Petroleum Gas/LPG), yang antara lain digunakan sebagai bahan bakar untuk mobil, sistem pemanas, sampai kompor kemping.

Bahan ini sudah diproduksi sebagai hasil samping pemrosesan gas alam dan penyulingan bensin, tapi keduanya merupakan bahan bakar fosil yang suatu saat akan habis.

"Bahan bakar fosil sumbernya terbatas dan...kita harus punya cara baru untuk memenuhi permintaan energi yang terus meningkat," kata Jones dalam pernyataan tentang riset itu sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Dia mengatakan, tantangan utama para ilmuwan adalah untuk mengembangkan proses terbarukan yang berbea rendah dan secara ekonomi berkelanjutan.

Saat ini alga bisa digunakan untuk membuat diesel tapi, menurut dia, proses itu secara komersial tidak layak karena pemanenan dan prosesnya membutuhkan banyak energi dan uang.
 
"Kami memilih propana karena ini bisa dipisahkan dari proses alaminya dengan energi minimal dan cocok dengan infrastruktur yang ada," kata Jones.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014