Tapi, saya harus menerima dulu hak gajiku selama tiga bulan."
Tulungagung (ANTARA News) - Dua pemain asing Perseta Tulungagung, Jawa Timur, asal Kamerun, Antony Wiliam dan Banaken Basoken, mengadu kepada Ketua PSSI Tulungagung, Supriyono, karena selama tiga bulan tidak mendapatkan gaji dari manajemen klub sebagai haknya.

"Kami ingin PSSI mengambil inisiatif dalam menangani persoalan yang dihadapi pemain. Sudah tiga bulan kami tidak dibayar oleh manajemen Perseta," kata Antony di Tulungagung, Rabu.

Pemain penyerang di tim Divisi Utama Perseta itu menemui Supriyono di kantor DPRD Tulungagung bersama Banaken Masoken dan salah seorang pemain lokal Perseta, Sambung.

Awalnya Banaken dan Antony menolak berkomentar ke pers karena masih menunggu konsultasi dengan Supriyono, yang juga menjabat sebagai Ketua Sementara DPRD Tulungagung.

Antony baru bersedia bercerita setelah Sambung menjawab beberapa pertanyaan wartawan mengenai latar belakang masalah yang dihadapi 22 pemain Perseta yang manajemennya dipimpin Anas Sulaiman.

"Rasanya kami sudah tidak bisa percaya lagi dengan Anas. Dia selalu saja menghindar tiap kali kami berusaha menemui," ujarnya.

Akibat tidak menerima gaji selama tiga bulan, Antony dan Banaken mengemukakan, kesulitan untuk bertahan hidup di Tulungagung, karena sama sekali tidak memiliki uang untuk makan.

Mereka ingin pulang ke negaranya setelah babak penyisihan kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia menyelesaikan pertandingan.

"Tapi, saya harus menerima dulu hak gajiku selama tiga bulan. Kalau tidak bagaimana mau pulang? Padahal, kami harus ke Jakarta dulu, dan menunggu sepekan untuk pengurusan tiket pulang ke Kamerun, dan itu butuh biaya tidak sedikit," ujarnya.

Antony adalah salah seorang pemain bergaji tinggi di Perseta yang berdasarkan ikatan kontrak kerja menerima gaji bersih Rp15 juta per bulan.

"Gaji pokoknya sesuai kontrak Rp11,5 juta, ditambah tunjangan dan fasilitas lain-lain sehingga totalnya Rp15 jutaan. Gaji Banaken saya tidak tahu, tapi sepertinya masih sedikit di bawah aku, karena dia kontrak saat kompetisi sudah berjalan," ungkapnya.

Menanggapi keluhan kedua pemain asing asal Kamerun tersebut, Supriyono mengemukakan, tidak bisa melakukan intervensi terlalu dalam karena Perseta Tulungagung merupakan organisasi tersendiri yang bersifat otonom.

"Saya hanya bisa memfasilitasi. Barusan saya kirim utusan agar memanggil Pak Anas untuk membicarakan kasus ini, dan mencari solusinya," kata Supriyono.

Ia menyatakan, posisi pengurus Perseta Tulungagung saat ini cukup sulit karena belum mendapatkan sponsor tetap untuk menunjang pendanaan klub dan biaya operasional yang mencapai lebih dari Rp1 miliar per musim kompetisi.

"Dulu tim yang masuk dalam kasta kompetisi elite Liga Indonesia masih mendapat subsidi atau pembagian keuntungan sekitara Rp450 juta. Sekarang tidak ada, sehingga kalau tidak dapat sponsor sama sekali, tentu saja manajemen klub akan kewalahan," katanya menambahkan. (*)

Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014