Cape Town (ANTARA News) - Afrika Selatan menolak memberikan visa kepada Dalai Lama, yang akan mengunjungi negara itu untuk menghadiri pertemuan puncak penerima Nobel Perdamaian di Cape Town pada Oktober, kata perwakilan Dalai Lama, Kamis.

Pemerintah "menyampaikan melalui telepon kepada saya bahwa mereka tidak akan bisa memberikan visa dengan alasan akan mengganggu hubungan antara Tiongkok dan Afrika Selatan," kata perwakilan Dalai Lama, Nangsa Choedon, kepada kantor berita AFP.

Penolakan tersebut bisa memicu boikot terhadap pertemuan puncak tahunan ke-14 itu, kata juru bicara penerima Nobel dari Afrika Selatan, Uskup Agung Desmond Tutu.

"Saya sudah mendengar bahwa jika Dalai Lama tidak dibolehkan masuk ke negara ini, tamu-tamu undangan lain mengatakan mereka tidak akan datang," kata Roger Friedman.

Pertemuan puncak penerima Nobel Perdamaian diselenggarakan oleh yayasan-yayasan yang mewakili empat penerima Nobel dari Afrika Selatan yakni Tutu, Nelson Mandela, FW de Klerk, dan Albert Luthuli.

Selain penerima Nobel Afrika Selatan yang masih hidup, Tutu dan De Klerk, penyelenggara mengatakan sebanyak 13 peserta dan delapan organisasi telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan menghadiri pertemuan, termasuk mantan presiden Soviet Mikhail Gorbachev.

Choedon mengatakan ia belum menerima konfirmasi tertulis mengenai penolakan permohohan visa Dalai Lama, namun jika benar maka itu akan menjadi penolakan visa mengunjungi Afrika Selatan yang ketiga kali dalam lima tahun bagi pemimpin spiritual Tibet tersebut.

Tiongkok, yang menuduh Dalai Lama mengkampanyekan kemerdekaan Tibet, terus menggunakan pengaruh ekonomi dan politiknya untuk menekan pemerintah di seluruh dunia membatasi kontak dengan Dalai Lama.

Setiap penolakan visa Dalai Lama selalu menyebabkan kemarahan warga Afrika Selatan, yang menganggap langkah tersebut sebagai pengkhianatan terhadap komitmen hak asasi manusia yang digaungkan pemerintah sejak berakhirnya apartheid 20 tahun lalu.

Namun juru bicara untuk De Klerk, mantan presiden Afrika Selatan yang meraih Nobel bersama ikon pembebasan Nelson Mandela, mengatakan ia merasa boikot terhadap pertemuan puncak itu bukanlah tanggapan yang tepat.

"Saya rasa pesannya adalah bahwa boikot pertemuan merupakan cara protes yang paling buruk," kata Direktur Eksekutif Yayasan FW de Klerk, Dave Steward, kepada AFP.

"Cara terbaik adalah datang ke pertemuan puncak dan merayakan hari lahir ke-20 demokrasi kita dan kemudian mengeluarkan pandangan-pandangan yang ingin diketahui dalam pertemuan itu," katanya.

Ia mengatakan penolakan visa untuk Dalai Lama akan menjadi "antitesis nilai-nilai konstitusi kita".

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014