Brasilia, Brazil (ANTARA News) - Dalam tujuh bulan terakhir sejak Februari 2014 penjelajah dunia dengan sepeda motor seorang diri asal Bandung, Jawa Barat, Jeffrey Polnaja, telah menembus 10 negara di Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Jeffrey yang sejak seminggu lalu mulai memasuki Brasil mengaku masih dalam kondisi tubuh bugar, demikian menurut keterangan tertulis Jeffrey Polnaja via email, Kamis.

Sepanjang tujuh bulan terakhir dia sudah mengoleksi jarak tempuh tak kurang dari 25.000 kilometer menggunakan sepeda motor BMW R 1150 GS bernomor polisi B 5010 JP.

Pria yang akrab disapa Kang JJ ini masuk ke wilayah Brasil melalui gerbang perbatasan Peru di daerah Assis Brasil.

Sayangnya, ketika ingin melanjutkan perjalanan ke Cuiaba sepeda motornya, "Silver Line", mengalami masalah teknis. "Plat kopling Silver Line rusak dan riskan memaksakan diri. Saya terpaksa berhenti sambil menunggu teman-teman dari Brasil membantu," ucapnya.

Jeffrey menceritakan bahwa titik lokasi kerusakan sepeda motornya di daerah Vista Alegre do Abuna jauh dari kota. Diperlukan perjalanan sejauh 260 kilometer selama enam jam untuk mencapai Porto Velho.

"Saya sangat berterima kasih kepada teman-teman di Brasil. Mereka sangat baik karena sudah bersusah payah menolong saya. Mereka butuh 15 jam perjalanan untuk pergi dan pulang. Rutenya cukup ganas karena harus melintasi sungai Madeira dan Amazon yang penuh piranha."

Sebelum mencapai Brasil Jeffrey telah mengekplorasi penuh Peru, serta beberapa negara, termasuk Guatemala, Belize, El Savador, Honduras, Nikaragua, Costa Rica, menyeberang di terusan Suez di Panama, Kolombia, dan Venezuela. Bahkan, Jeffrey sempat berlayar di laut ganas Karibia selama lima hari bersama tunggangannya.

"Di Peru saya bertahan hampir tiga bulan. Negara ini benar-benar indah. Penduduknya ramah, budaya kunonya masih kental, dan banyak daerah di Pegunungan Andes berketinggian di atas 4.000 meter dari permukaan laut yang saya kunjungi," ujar pria yang juga menyempatkan diri mengunjungi Macchu Pichu, serta berkendara dari Tumbez ke Cañon el Pato, Nazka dan Danau Titicaca di Peru.

Selama di Peru dan beberapa negara yang telah dikunjungi, Jeffrey banyak melakukan aktivitas berbicara di depan forum. Selain menceritakan kisah perjalanan panjang yang dimulai dari tanah air, Jeffrey juga mempromosikan Indonesia, serta pentingnya perdamaian di seluruh dunia.

Malah Jeffrey sering mengajak orang-orang asing yang mengikuti forumnya merasakan wisata kuliner dengan menikmati masakan-masakan khas Indonesia hasil olahan pegawai kantor-kantor Kedutaan Besar Indonesia.

"Kita tahu, saat ini beberapa negara di dunia sedang dilanda perperangan. Sangat menyedihkan karena dalam perang tidak ada yang menang. Saat ini di negara-negara di Amerika Latin memang tidak ada peperangan yang dipicu konflik politik. Namun perang melawan sindikat narkoba dan kriminal sering saya lihat langsung. Itu sama-sama menghancurkan," kata pria yang meninggalkan Indonesia untuk misi Ride for Peace kedua sejak awal 2012 itu.

Jeffrey juga bercerita tentang bahaya kriminal di sepanjang penjelajahannya di Amerika Latin. Dan, Kolombia dinilainya sebagai salah satu negara dengan tingkat kriminalitas tinggi. Negara yang masih dibekap kejahatan oleh kartel-kartel obat bius ini bahkan tidak bersahabat dengan orang-orang asing.

"Saya pernah mendengar suara letupan pistol. Ada sekitar enam sampai delapan letusan. Tak lama kemudian saya melalui jalan asal suara pistol itu, dan saya melihat enam tubuh tergeletak. Saat itu saya ingin memotret korban, tapi seorang teman melarang saya," ungkapnya.

Menurut Jeffrey yang saat ini sedang berada di kota Brasilia, perjalanan Ride for Peace masih akan terus dilakukannya hingga mampu menembus Uruguay, Paraguay, Bolivia, Chili, dan Argentina. Dari negara terakhir di Amerika Selatan Jeffrey akan menerbangkan sepeda motornya melintas Samudra Pasifik menuju Australia sebelum kembali ke Tanah Air melalui Timor Leste.

Untuk menghabisi sisa negara-negara di Amerika Selatan Jeffrey memperkirakan akan menghabiskan waktu sekitar empat bulan dan diperkirakan tiba di Ibu Pertiwi pada Mei 2015.
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014