Washington (ANTARA News) - "Salah tembak" di Afghanistan, yang menewaskan lima tentara Amerika Serikat dan satu prajurit Afghanistan dapat dihindari jika pasukan negara adidaya itu berhubungan secara memadai dan memahami kemampuan pesawat mereka, kata tentara penyidik pada Kamis.

Tentara Amerika Serikat, yang melancarkan serangan udara pada 9 Juni, tidak mengikuti baku siasat ketika pembom B-1B menjatuhkan dua bom di punggung bukit di Afghanistan selatan, menewaskan lima orang Amerika Serikat dan seorang tentara Afghanistan, kata tentara penyelidik asal Amerika Serikat.

Pasukan Amerika Serikat dan Afghanistan memanggil kekuatan udara sesudah ditembaki di propinsi Zabul, tapi sekelompok tentara -yang bergerak ke tempat lebih tinggi- dikira gerilyawan, kata temuan, yang diterbitkan Komando Pusat Amerika Serikat, yang mengawasi pasukan di Afghanistan.

Pembom B-1B bomber dipanggil untuk memberikan "dukungan udara" pada akhir gerakan bersama Amerika Serikat-Afghanistan untuk "mengganggu" kekuatan pejuang di kabupaten Arghandab sebelum pemilihan presiden Afghanistan putaran kedua, kata laporan itu.

Saat pasukan itu ditembaki, beberapa tentara naik ke tempat lebih tinggi untuk mengatasi gerakan pejuang tersebut.

"Gerakan pasukan mitra itu tidak efektif dikomunikasikan dengan petugas pengawas serangan udara tersebut, yang mengakibatkan satuan itu tidak benar mengenali alat berkedip di punggung bukit tersebut serta menganggapnya gerakan musuh, salah mengenali sasaran oleh awak pesawat," katanya.

Selain itu, pasukan dalam serangan udara itu "salah mengira" bahwa sensor pada pembom dapat menandai perangkat inframerah, yang seharusnya menandakan pasukan mitra.

"Sementara keadaan tempur rumit itu menyajikan tantangan keadaan, jika satuan tersebut memahami kemampuan sistem, melaksanakan baku siasat, teknik dan aturan serta berkomunikasi secara efektif, kejadian menyedihkan itu dapat dihindari," kata laporan tersebut.

Beberapa bagian dari temuan penyelidik tersebut disensor.

Kendati kehilangan tentara Amerika Serikat dan Afghanistan, gerakan itu mengganggu kegiatan pemberontak dan meningkatkan keamanan sebelum pemilihan presiden Afghanistan putaran kedua, kata penyelidikan tersebut, yang dipimpin Mayor Jenderal Angkatan Udara Jeffrey Harrigian, demikian AFP.

(B002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014