Purbalingga (ANTARA News) - Sekitar 2.100 jiwa dari 400 keluarga di lereng timur Gunung Slamet, Dusun Gunung Malang, Desa Serang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, kesulitan air bersih karena sumber air di wilayah itu mengering.

"Kami terpaksa membeli air bersih dengan harga Rp2.000--Rp3.000 per jeriken isi 40 liter. Padahal, setiap harinya butuh empat jeriken untuk memenuhi kebutuhan air bersih di rumah," kata salah seorang warga, Sumarto (48), di Purbalingga, Senin.

Ia mengharapkan Pemerintah Kabupaten Purbalingga memberikan bantuan air bersih untuk memenuhi kebutuhan warga di Dusun Gunung Malang, Desa Serang, Kecamatan Karangreja.

Menurut dia, bantuan air bersih sangat dibutuhkan karena sebagian besar warga Dusun Gunung Malang tergolong kurang mampu.

Terkait kondisi tersebut, Kepala Desa Serang Sugito mengakui bahwa warga Dusun Gunung Malang yang dihuni sekitar 2.100 jiwa dari 400 keluarga itu mulai kesulitan air sejak dua pekan terakhir.

"Dusun Gunung Malang memang sering mengalami kekeringan setiap musim kemarau. Sumber air di Gunung Malang mengering, sehingga warga terpaksa membeli air bersih," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, setiap keluarga di Dusun Gunung Malang terpaksa mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli air bersih dengan harga berkisar Rp2.000--Rp3.000 per jeriken isi 40 liter.

Padahal, lanjut dia, setiap keluarga membutuhkan air sedikitnya empat jeriken per hari

"Kami sebenarnya telah mengajuan permohonan bantuan air bersih ke Pemkab Purbalingga, namun sampai sekarang belum dipasok. Mudah-mudahan bantuan air bersih dapat segera didistribusikan sehingga warga Gunung Malang tidak perlu membeli air bersih," katanya.

Menurut dia, bencana kekeringan juga mengancam sekitar 400 hektare ladang di Desa Serang yang ditanami kentang, wortel, kol, tomat, daun bawang, dan stroberi.

Ia mengatakan bahwa tanaman sayuran dan buah di ladang tersebut ditanam sejak satu bulan lalu.

"Kalau dalam dua pekan ke depan tidak ada hujan, tanaman tersebut bakal puso. Di sini tidak ada sumber air yang dapat disedot untuk menyirami tanaman, sehingga satu-satunya jalan hanyalah menunggu turunnya hujan," katanya.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014