"Saya berharap bahwa dalam mandat baru itu, suasana tenang pulih kembali di negara Anda," kata Rouhani di laman pemerintah Iran, setelah Abadi meresmikan kabinet barunya di Baghdad, seperti dilaporkan AFP.
Wakil menteri luar negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengulang komentar Rouhani, dan mengatakan Teheran mendukung pemerintahan Abadi.
"Waktunya telah tiba bagi negara-negara di kawasan untuk membantu pemerintah Irak guna memerangi para teroris di sana," kata Abdollahian.
Anggota parlemen Irak menyetujui kabinet baru itu Senin, kecuali menteri dalam negeri dan pertahanan, yang dianggap penting dalam memerangi milisi IS, belum disepakati.
Abadi telah berada di bawah tekanan internasional yang berat untuk membentuk pemerintahan inklusif yang bisa menyajikan sebuah kesatuan untuk melawan kelompok milisi, yang telah menguasai sebagian besar wilayah negara Sunni itu.
Iran dan Irak, yang mayoritas Syiah, telah bekerja sama sejak jatuhnya diktator Sunni Irak Saddam Hussein setelah invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2003 yang berubah menjadi pendudukan yang lamanya hampir satu dasawarsa.
Iran telah memberi bantuan penasihat militer pada Irak dan merupakan negara pertama yang mengirim senjata kepada pejuang Kurdi di utara, menurut presiden wilayah otonomi itu Massud Barzani.
Amerika Serikat telah melakukan serangan udara di Irak sejak 8 Agustus dan pada Senin, Menteri Luar Negeri John Kerry berjanji untuk membangun sebuah koalisi internasional yang abadi untuk mengalahkan IS.
Sebelum menuju ke Arab Saudi untuk bertemu menteri luar negeri Arab, Kerry mengatakan lebih dari 40 negara akan bergabung dengan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat.
Meskipun Iran dan Amerika Serikat berbagi kepentingan bersama untuk mengalahkan IS, mereka pekan lalu membantah akan melakukan kerja sama.
(Uu.G003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014
