Jakarta (ANTARA News) - Psikolog Rima Olivia mengatakan depresi antara lain bisa diatasi dengan melakukan hal-hal yang bisa meningkatkan sekresi hormon endorfin, hormon kebahagiaan yang bisa menangkal stres.

Psikolog lulusan Universitas Indonesia itu mengatakan, kadar hormon kebahagiaan pada orang depresi yang biasanya rendah bisa ditingkatkan dengan banyak memberi dan berbagi.
 
"Kalau Anda merasa sangat depresi keluar aja, jangan malah makin terpuruk di rumah diam aja. Jadi, keluar, cari orang untuk dibantu, karena hormon endorfin yang adalah hormon kebahagiaan, hormon semangat hidup, hormon kasih sayang, itu segera banjir ketika kita memberi," katanya kepada Antara News di Jakarta, Selasa (9/9).

Menurut dia, hormon kebahagiaan merupakan obat penenang alamiah yang dapat mengendalikan stres dengan memunculkan perasaan senang dan nyaman.

Sekresi hormon itu, katanya, akan meningkat saat seseorang berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

"Kita memberi sedekah kepada orang, kita membantu orang lain tanpa pamrih, di otak kita segera keluar hormon yang hubungannya itu dengan memblok rasa sakit, terus bikin regenerasi sel meningkat. Terus hormon kebahagiaan itu berlimpah-limpah," kata Rima.

"Kita duluan yang membantu orang, kita yang duluan senyum saat lihat orang cemberut, kita berbagi makanan dengan tetangga, menawarkan bantuan kepada orang lain, itu jadi alat vaksinasi kesedihan yang (bekerja) cepat," katanya.

Ia menjelaskan pula bahwa kedermawanan dan kepedulian akan memicu sekresi endorfin, yang akan memberikan stimulus positif sehingga perasaan depresi dapat terkendali.

"Ketika kita merasa berharga menolong orang lain, diri kita bukan hanya banjir hormon kebahagiaan tetapi harga diri kita meningkat," kata Rima.

Ia mengatakan seseorang akan merasa harga dirinya meningkat dan hidupnya lebih bermakna karena orang lain memberikan penghargaan atas kontribusi dan bantuan mereka.

"Merasa dirinya diterima orang lain, merasa dirinya berkontribusi pada orang lain, merasa dirinya produktif itu membuat lebih panjang usia kebahagiaannya," katanya.

Selain itu, menurut dia, melakukan kegiatan menyenangkan bersama orang yang punya ketertarikan yang sama dapat meningkatkan sekresi hormon kebahagiaan.


Penyebab depresi


Rima menjelaskan, depresi bisa berawal dari berbagai tekanan hidup yang dihadapi seperti masalah ekonomi, pekerjaan, dan penyakit.

"Tekanan atas masalah yang dia pikir tidak bisa dia pecahkan. Kemudian, penyakit yang panjang dengan rasa sakit yang terus menerus yang tidak bisa dia hadapi, karena rasa sakit adalah sumber stres, merasa tidak punya harapan hidup," ujarnya.

Ia mengatakan ketika merasa tidak berharga dan dicintai, seseorang tidak lagi merasa hidup yang dijalani bermakna sehingga cenderung bunuh diri. Hubungan keluarga yang tidak harmonis dan pertemanan yang biasa.

"Kualitas hubungan dia dengan orang lain tidak membuat dia merasa berharga, tidak saling mengisi kekosongannya, terus merasa dalam desakan tekanan. Kalau diri sendiri tidak merasa disayangi, tidak merasa berharga ya tidak apa-apa dong mati aja," katanya.

Rima menjelaskan, depresi bisa memunculkan perasaan tidak mampu menjalani kehidupan yang bisa mempengaruhi orang untuk melakukan tindakan bunuh diri.
 
Ketika berada di puncak keputusaan, menurut dia, seseorang bisa memilih mengambil jalan pintas untuk menghilangkan beban dengan mengakhiri hidup, bunuh diri.

"Kalau misalnya support-nya tidak cukup kuat, dia akan masuk ke dalam pusaran paling bawah, makin gelap, makin tidak punya harapan, merasa tidak ada jalan keluar," katanya.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014