Pekabaru (ANTARA News) - Satelit NOAA 18 milik Amerika Serikat yang dioperasikan Singapura pada Rabu sore mendeteksi kemunculan 176 titik panas (hotspot) di daratan Pulau Sumatera atau meningkat dibandingkan sehari lalu yang masih 80 titik.

Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau dalam surat elektroniknya menyatakan, ratusan titik panas itu tersebar di sejumlah wilayah provinsi meliputi Jambi, Sumatera Selatan dan lainnya.

Termasuk di Provinsi Riau, menurut hasil rekaman satelit terdapat 20 "hotspot" di daratan ini.

Titik panas di Riau terbanyak berada di Kabupaten Indragiri Hulu yakni 13 titik, kemudian di Pelalawan ada sebanyak tiga titik.

Selebihnya menurut hasil rekaman satelit berada di Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak dua titik dan di Kuantan Singingi serta Kampar masing-masing satu "hotspot".

Kepala BPBD Riau, Said Saqlul Amri menyatakan pihaknya masih terus memonitoring perkembangan titik panas yang patut diduga sebagai peristiwa kebakaran hutan dan lahan itu.

"Jika memang merupakan kebakaran lahan, maka akan segera dipadamkan," katanya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan meski masih bermunculan titik panas, Provinsi Riau masih aman dari ancaman bencana kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan.

"Masih aman, Riau memang ada titik panas namun jumlahnya minim," kata Kepala Bidang Data BNPB Agus Wibowo.

Titik panas merupakan hasil pantauan satelit yang selama ini menjadi rujukan pemerintah dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan.

Kasus kebakaran hutan dana lahan itu kerap terjadi di Provinsi Riau dan bahkan nyaris setiap tahunnya sejak 1997.

Peristiwa tersebut bahkan selalu menyebabkan tercemarnya udara dengan kabut asap hingga mendatangkan berbagai penyakit bagi masyarakat di berbagai daerah kabupaten/kota di Riau.

Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014