Denpasar (ANTARA News) - Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Denpasar, mengelola empat program siaran salah satunya untuk penyangga dan pelestarian seni budaya Bali.

"Programa empat pada frekuensi 100 Mhz menjadi wahana dan media bagi masyarakat untuk berkesenian dan melakukan ekspresi kesenian secara meluas melalui siaran yang dapat dijangkau hingga pelosokan pedesaan," kata Kepala LPP RRI Denpasar I Made Ardika SH MM di Denpasar, Kamis

Ia mengatakan hal itu pada Peringatan Hari Radio ke-69 tahun 2014 yang ditandai dengan penyulutan obor "Tri Rrasetya RRI" yang dihadiri oleh seluruh karyawan dan undangan di halaman RRI Denpasar.

Tiga programa lainnya terdiri atas programa satu pada frekuensi 88,6 Mhz yang diperkuat dengan stasiun relay yang berlokasi di Bukit Sega Kabupaten Karangasem dengan frekuensi 100,8 Mhz guna mengatasi daerah yang tidak menerima siaran (blanksport) di kawasan Bali timur.

Hal itu diperkuat dengan stasiun relay di Desa Tamblingan Bedugul, Kabupaten Tabanan dengan frekuensi 99,5 Mhz untuk mengatasi daerah yang tidak terjangkau siaran di kawasan Bali barat dengan strategi penyiaran untuk pemberdayaan masyarakat.

Made Ardika menambahkan, untuk programa dua frekuensi 95,30 Mhz bertujuan menampung kreativitas anak muda dan programa tiga pada frekuensi 100 Mhz bagi jaringan bertita nasional.

RRI Denpasar mengudara sejak 9 Nopember 1950 atau 64 tahun yang silam atau lima tahun sesuadah RRI nasional mendapat perhatian khusus dari para seniman Pulau Dewata.

Siaran RRI bertujuan mendorong munculnya berbagai kelompok kesenian, baik tradisional maupun modern.

Pada awal mengudara, RRI menghimpun 300 sekaa (kelompok) kesenian Bali yang secara teratur mengisi jadual siaran yang dipancarluaskan RRI Stasiun Denpasar yang kemudian melahirkan keluarga kesenian Bali (KKB) yang eksis hingga sekarang.

Made Ardika menjelaskan, RRI sebagai media penyiaran publik mengemban tugas untuk memberikan layanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontral sosial serta pelestarian seni dan budaya dalam bingkai NKRI.

Pewarta: IK Sutika
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014